Monday, January 09, 2012

Panjang Angan angan

MENGGUNAKAN GARIS

Oleh: M. Suyanto

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika menjelaskan hubungan antara manusia, ajal dan cita-citanya. Imam Bukhari meriwatkan sebagai berikut : Telah menceritakan kepada kami [Shadaqah bin Al Fadll] telah mengabarkan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Sufyan] dia berkata; telah menceritakan kepadaku [Ayahku] dari [Mundzir] dari [Rabi' bin Khutsaim] dari [Abdullah] radliallahu 'anhu dia berkata;
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan menggaris tengah dipersegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut, serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut. Lalu beliau bersabda: 'Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah mengitarinya atau yang mengelilinginya dan yang di luar ini adalah cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya, jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainya.'" Ibnu Majah meriwayatkan yang serupa : Telah menceritakan kepada kami [Abu Bisyir Bakar bin Khalaf] dan [Abu Bakar bin Khallad Al Bahili] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dari [Abu Ya'la] dari [Ar Rabi' bin Hutsaim] dari [Abdullah bin Mas'ud] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau membuat garis persegi empat dan menggaris tengah di persegi empat tersebut, dan membuat beberapa garis pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut serta satu garis di luar garis segi empat tersebut. Lalu beliau bersabda: "Tahukah kalian apakah ini?" para sahabat menjawab; "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Ini adalah manusia berada di garis tengah, sementara garis-garis ini (yang berada di sisinya) adalah rintangan-rintangan yang menghimpit -atau yang menggigitnya- dari segala tempat. Jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini. Adapun garis segi empat yang mengitarinya adalah ajal yang mengelilinya. Dan garis yang berada di luar adalah cita-citanya."

Imam Tirmidzi meriwayatkan hubungan antara manusia, ajal dan angan-angannya sebagai berikut : Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [ayahnya] dari [Abu Ya'la] dari [Ar Rabi' bin Khutsaim] dari [Abdullah bin Mas'ud] berkata: Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam membuat garis kotak, ditengah-tengahnya beliau membuat satu garis, satu garis diluarnya dan beberapa garis disekitar tengahnya lalu beliau bersabda: "Ini adalah anak cucu Adam, ini ajalnya mengitarinya, yang ada ditengah ini manusia dan garis-garis ini halangan-halangannya, bila ia selamat dari yang ini ia digigit oleh yang ini (maksudnya kematian), sementara garis yang di luar adalah angan-angan." Hadits ini shahih.

Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan hubungan antara manusia, ajal dan angan-angannya sebagai berikut : Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dari [Abu Ya'la] dari [Rabi' bin Khutsaim] dari [Abdullah bin Mas'ud] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau membuat sebuah garis persegi empat dan membuat garis di tengah garis persegi empat serta garis-garis di samping garis tengah persegi panjang dan garis di luar garis persegi panjang, seraya bertanya: "Tahukah kalian apa ini?" mereka menjawab; Allahdan RasulNya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Garis di tengah adalah manusia, garis-garis di sampingnya adalah tujuan dunia yang mengerogotinya dari setiap tempat, jika yang ini salah, ia akan mendapatkan yang ini, sementara garis persegi empat adalah ajal yang menguasainya sedangkan garis di luar adalah angan-angannya."



Angan-angan Manusia

“Dari Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, “Nabi saw membuat garis persegi empat, dan ia menggaris (pula) di tengah yang keluar dari padanya. Lalu ia menggaris (lagi) beberapa garis kecil menuju ke garis yang di tengah ini dari sampingnya, yang berada di tengah. Lalu beliau bersabda,” Ini manusia, dan ini ajalnya yang mengelilinginya, dan garis yang keluar ini adalah cita-citanya, Adapun garis-garis kecil ini adalah harta benda. Dan jika ia terhindar dari yang ini, maka ia akan terkena yang ini.” (HR.Bukhari).

Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari di atas menggambarkan posisi manusia, kematian dan keinginannya dengan cara mengilustrasikannya dalam bentuk garis dan gambar, agar mudah dipahami.

Penilaian Ibnu Hajar
Dalam menilai gambar yang dibuat oleh Rasulullah tersebut ada perbedaan di kalangan ulama. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam mensyarahi hadits di atas, membuat beberapa gambar yang masing-masing berbeda.

Yang pertama adalah bisa dijadikan sandaran (dapat dipertanggungjawabkan), Sedangkan susunan hadits di atas (pun) sesuai dengannya. Isyarat dengan kata-kata “Ini adalah manusia” masuk ke dalam titik(garis persegi empat yang di dalam). Isyarat dengan kata-kata “ Ini yang keluar garis adalah angan-angannya” sampai garis panjang yang menyendiri. Adapun isyarat dengan kata “Ini sampai kepada garis-garis” (garis-garis) ini disebutkan menurut cara perumpamaan bukan dimaksud meringkas(garis-garis tersebut) pada jumlah yang ditentukan. (fathul Bari XI:285)
Keterangan Ibnu Hajar ini diperkuat oleh hadits lain yang masih diriwayatkan oleh Bukhari, tetapi melalui sahabat Anas bin Malik ra, Nabi saw membuat beberapa garis lalu bersabda, “ Ini adalah cita-cita dan ini adalah ajalnya. Maka di antara keduanya itu ternyata ada satu garis yang dekat.”

Angan-angan manusia itu ada dua macam: Pertama, angan-angan yang mungkin bisa tercapai, yaitu yang ditunjuki oleh garis-garis yang berada di luar lingkaran yang sekaligus sebagai pembatas. Kedua, angan-angan yang tidak mungkin tercapai, yaitu yang ditunjuki oleh garis-garis yang berada di luar lingkaran (kotak) yang sekaligus sebagai pembatas.

Dari keterangan di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa cita-cita dan angan -angan manusia itu jauh lebih panjang dari pada ajalnya. Sedang sesuatu yang diangan-angankan itu biasanya tidak akan jauh dari yang namanya harta dan umur panjang. Sudah menjadi fitrahnya, bahwa masing-masing manusia memiliki keinginan dan harapan yang selalu didamba-dambakan.

Dengan memiliki harta yang cukup, maka ia akan memikirkan untuk mmpergunakannya, walaupun fisik dan mentalnya sudah lemah atau berkurang. Rasulullah saw bersabda,” Anak Adam (manusia) itu tumbuh menjadi besar, dan bersamaan dengan itu, akan tumbuh pula dua perkara yaitu: cinta harta dan panjang angan-angannya.” (HR.Bukhari).
Walaupun keinginan dan cita-cita seseorang itu telah tercapai, namun kebiasaan manusia tidak akan merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya. Maka ia akan mencari dan mencari lagi harapan yang lain.
Pada umumnya, cita-cita dan kegemarannya terhadap harta dan umur panjang ini sampai melampaui batas. Sehingga dengan cara dan jalan apapun ia usahakan demi mencapai tujuannya.

Keinginan yang kuat itu terkadang tanpa disadari membuat banyak manusia menjadi lupa dengan kematian. Allah swt memberi peringatan terhadap orang yang terlena oleh kehidupan dunianya dengan firman-Nya,
”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai (kamu) masuk ke dalam kubur.” (QS.At-Takatsur:1-2).

Dalam ayat lain dikatakan,
”Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS. Al-Hijr:3).
Rasulullah saw. menggambarkan sifat manusia dalam kecintaannya kepada harta benda dan ketidakpuasannya sebagai berikut: “ Jika anak Adam memiliki dua lembah dari emas, maka masti ia akan mencari lagi lmbah yang keiga Tidak akan ada yang dapat mengisi perut anak Adam selain dari pada tanah. Dan Allah akan memberi taubat (mengampuni) terhadap orang yang bertaubat.” (HR.Bukhari melalui sahabat Ibnu Abbas ra).

Oleh karenanya, betapapun tingginya angan-angan manusia terhadap harta dan kesenangan dunia ini, namun jangan sekali-kali melupakan satu hal yang pasti, yakni mati. Semua manusia akan merasakan mati, dan inilah yang menjadi ujung dari kehidupan di dunia.Suka tau tidak semua harapan harus dihentikan sampai disini.' harapan dan impian akan terpotong begitu saja dengan datangnya kematian.
Allah swt berfirman:
“ Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. (QS.Ali Imran:185).

Hendaklah bagi seorang muslim, jangan melampaui batas dalam hal cita-cita dan angan-angannya. Namun bukan berarti mereka tidak boleh memiliki cita-cita lalu menjadi orang kaya. Silakan bercita-cita, dan monggo saja bila ingin menjadi orang kaya, tapi hendaknya jangan sampai kekayaan membuatnya lupa ibadah kepada Allah swt.
Sungguh jelas, bahwa kekayaan tidak menjadi sebab Allah menjadi marah. Yang dilarang—dan yang mengundang murka-Nya—adalah orang kaya yang sombong dan lupa diri dengan kekayaannya. Rasulullah saw bersabda,” Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bertaqwa, kaya dan tidak sombong.” (HR.Muslim).
Hidup Sederhana

Dalam ajaran Islam, tidak tercatat bahwa Rasulullah saw, itu orang yang kaya dengan harta benda. Tapi tidak seorangpun yang berani mengatakan bahwa beliau itu orang yang miskin. Kalau kita pikirkan, Rasulullah saw, itu adalah seorang pemimpin ummat dan orang yang disegani. Apabila beliau menghendaki sesuatu atau berdo'a kepada Allah ingin menjadi orang kaya, tentu Allah akan mengabulkannya, sebagaimana Rasulullah telah mendo'akan salah seorang sahabatnya yakni Sa'labah yang semula miskin kemudian menjadi kaya raya. Akan tetapi hal itu tidak beliau lakukan.
Nabi juga pernah ditawari oleh Tuhannya, bahwa jalan raya yang berada di Makkah akan dijadikan (dipenuhi) dengan emas untuknya. Akan tetapi beliau menjawab,” Tidak, ya Tuhanku, tetapi (aku memilih) kenyang sehari dan lapar sehari (beliau mengucapkannya sampai tiga kali). Atau dengan begitu, kalau aku lapar, maka aku akan selalu merendah diri kepada-Mu dan akan selalu ingat kepada-Mu. Dan apabila aku kenyang, maka aku akan bersyukur dan memuji-Mu.” (HR.At-Tirmidzi).

Rasulullah saw betul-betul mempergunakan umur itu untuk kemaslahatan ummatnya. Ia memilih sehari lapar dan sehari kenyang dari pada ia harus menyibukkan diri dengan kekayaan. Sebab, kekayaan itu adalah fitnah, yaitu akan menyibukkan seseorang untuk mengurusnya dan akibatnya akan melalaikan ibadah kepada Allah swt.

Orang yang kaya bukan saja disibukkan oleh dirinya sendiri karena mengurus kekayaannya itu, juga akan disibukkan oleh gunjingan, cibiran, iri, dan cemburu dari orang lain. Mereka yang tidak siap menerima amanah kekayaan, akan menjadi mudah manik, hilang keseimbangan kemudian menjadi orang yang mengasingkan diri, memusuhi dan dimusuhi manusia. Keadaan akan menjadi lebih buruk bila hubungan komunikasi dengan Tuhan terganggu dan rusak.

Harta merupakan fitnah utama bagi kaum muslimin sepanjang zaman. Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya bagi setiap ummat itu ada fitnah, dan fitnah yang ada pada ummatku adalah harta.” (HR.At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim).
Tegasnya, bahwa seorang muslim itu harus memiliki keyakinan bahwa akhirat itu lebih baik dari pada dunia dan seluruh isinya ini.

--Iyus Kurnia

0 Comments:

Post a Comment

<< Home