Wednesday, March 30, 2005

Bulletin No: 10

Bulletin Jum’at
AL IKHLAS

Nomor: 010/III/2005 22 Safar 1426 H


MAKNA LAA ILAHA ILLALLAH


Seorang muslim yang hidup di bawah naungan ajaran Tauhid wajib memahami "pengertian Laa ilaha illa-Llah" sepenuhnya. Dengan mengamalkan pengertian Laa ilaha illa-Llah akan mencegah dan menjauhkan dirinya dari kemusyrikan baik yang nampak maupun tersembunyi.
Islam didasari dengan kalimat terbaik "Laa ilaha illallah" - Tiada yang wajib diabdi atau disembah selain hanya Allah. Kalimat ini mengandung pengertian yang sangat luas meliputi:


1. Tiada Pencipta selain Allah

Segala sesuatu selain Allah hanyalah makhluk. Termasuk hasil kreasi manusia. Karena Allah menciptakan manusia dan apa yang diperbuatnya (37: 96) dan Dia tidak ditanya tentang perbuatannya itu. (21: 23) Allah senantiasa menambah pada ciptaan-ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya (35: 1) dan Dia menciptakan banyak hal yang belum ada sebelumnya (16: 11).
Dengan aqidah ini seorang muslim tidak akan menundukkan dirinya kepada selain Allah dan jiwanya hanya didominasi oleh Allah.

2. Tiada Pemberi Rizki selain Allah

Allah menciptakan sekaligus memberi jaminan perawatan dan pemeliharaan kepada seluruh ciptaan-Nya (51: 57-58). Jangankan manusia, semut pun Allah jamin rizkinya (11: 6). Karenanya seorang muslim wajib meyakini bahwa Laa ilaha illa-llah berma'na Tiada yang memberi rizki selain Allah. Muslim tidak melihat bahwa suatu pekerjaan sebagai sebab datangnya rizki, tetapi merupakan wasilah (sarana) saja. Sebagai manusia, dia wajib berusaha untuk memperoleh rizki yang Allah berikan, karena Allah menilai dan menentukan derajat setiap manusia sesuai dengan apa yang dikerjakannya (46: 19). Dalam berusaha bekerja keras itu dia tidak pernah bertumpu pada pekerjaannya tetapi hanya bertumpu kepada Allah. (28: 77)

3. Tiada Pemilik selain Allah

Karena Allah adalah Pencipta dan penjamin segala sesuatu, maka Dia adalah pemiliknya. Allah adalah pemilik mutlak, bukan pemilik sementara. Dalam hal ini Dia memiliki segala sesuatu sendirian saja (4: 131-132, 2: 284). Tauhid meyakinkan muslim "Tiada pemilik mutlak selain hanya Allah". Dengan keyakinan ini dia tidak akan pernah merasa keberatan terhadap aturan dan hukum Allah karena semua yang Allah tentukan dan atur itu berlaku terhadap milik-Nya. Di samping itu, muslim akan kuat apabila ditimpa mushibah dan tidak pernah menjadi sombong ketika mendapatkan sesuatu. (57: 22). Ungkapannya dalam menerima mushibah hanyalah "istirja" (2: 156)
Maka muslim pun tidak akan segan untuk memberikan sebagian atau bahkan seluruh hartanya apabila dikehendaki oleh jalan Allah. Dia sedikit pun tidak merasa takut kekurangan atau kehilangan apa yang dimilikinya karena menyadari bahwa apa yang ada pada sisinya akan lenyap sedangkan apa yang di sisi Allah adalah kekal belaka (16: 96)

4. Tiada Raja / Tiada kerajaan selain untuk Allah

Sang Pencipta, Pemberi rizki dan Pemilik tentu saja berstatus sebagai Raja (Penguasa) di alam semesta. Seluruh alam raya adalah kerajaan-Nya (36: 83, 67: 1, 3: 189). Allah adalah Raja Yang Maha Suci dari segala kesalahan dan memerintah di alam semesta dengan Perkasa dan Bijaksana (62: 1). Karena itulah Allah menurunkan bimbingan universal yang berlaku untuk seluruh manusia di permukaan bumi sehingga hari kiamat nanti (7: 158)
Konsekuensinya, setiap muslim tidak diperkenankan mengakui Raja lain selain Allah. Karena setiap perampasan terhadap hak kerajaan Allah adalah kemusyrikan. Muslim adalah hamba dari Raja alam semesta dan bekerja untuk menegakkan kerajaan Allah dalam diri dan masyarakatnya. Seorang muslim wajib menolak kekuasaan siapa pun yang menyimpang dari kerajaan Allah ini. Dia juga tidak mengakui pembatasan dan pengkotak-kotakan bumi yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Dia merasa sebagai warga alam semesta kendati hidup di dalam satu bagian dari bumi dari kerajaan Allah yang sangat luas.

5. Tiada Yang Dicintai selain Allah

Seorang yang hidup dalam hidayah Allah berarti dicintai Allah, karena Allah hanya memberi petunjuk kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Dengan demikian dia pun wajib mencintai Allah (5: 54) dan mensifati diri dengan hal-hal yang dicintai Allah. Kecintaan kepada Allah harus merupakan kecintaan yang teramat sangat dan terjauh dari syirik cinta, yaitu mencintai sesuatu selain Allah sama dengan mencintai Allah atau lebih dari mencintai Allah (2: 165). Muslim meyakini "Tiada yang wajib dicintai dengan sesungguhnya selain Allah"
Mencintai apa pun selain Allah pada hakikatnya tidak dibenarkan kecuali apabila karena Allah semata. Karena itu, seorang muslim hanya mencintai apa dan siapa yang dicintai Allah. Jadi kecintaan tersebut harus dengan idzin Allah. Kecintaannya kepada sesuatu tidak akan menyamai kecintaan kepada Allah apalagi melebihinya. Allah ditempatkan dalam derajat "Fauqo kulli hubbin" (di atas segala kecintaan) yang puncak kecintaannya adalah ibadah.

6. Tiada yang Ditakuti selain Allah:

Takut pada sesuatu pada dasarnya merupakan fitrah yang Allah berikan kepada manusia. Takut dapat disebabkan karena merasa bersalah (28: 18) ataupun merasa lemah terhadap sesuatu yang dianggap mengancam dirinya. Tetapi manakala takut tersebut telah berlebihan, ia dapat menjadi syirik. Takut kepada singa yang akan menerkam adalah fitrah tetapi takut kepada seorang penguasa yang membuat seseorang menjilat penguasa tersebut merupakan takut yang melanggar tauhid. Jadi takut yang dimaksud adalah takut yang menimbulkan ketaatan hanyalah ditujukan untuk Allah (9:13). Itulah ma'na Tiada yang Ditakuti selain Allah.
Kecintaan muslim kepada Allah menjadi landasan dari rasa takutnya yang bersangatan terhadap Allah (2: 40). Takut disini bukan takut yang menjadikannya lari tetapi justru takut yang menjadikan dirinya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah (9: 18). Dia takut kehilangan cinta dan kasih sayang ALlah sekaligus takut dengan kemurkaan Allah. Dia takut pada kebesaran Allah (79: 40,23:57), hari kiamat/pembalasan (76: 10), dan neraka jahannam (25: 65-66). Seorang muslim tidak merasa takut dengan menegakkan keyakinan tauhidullah ini. Bagaimana akan takut sementara orang-orang kafir pun tidak takut mempersyarikatkan Allah dengan sesuatu (6: 82)

7. Tiada Yang Diharapkan selain Allah

Cinta dan takut kepada Allah tidak akan bernilai bila tidak mengharapkan sesuatu dari Allah. Allah adalah tumpuan segala harapan, dan tidak boleh mengharap dengan sesungguhnya selain kepada Allah. (18: 110). Haraopan kepada manusia merupakan harapan yang semu, karena tidak ada yang sempurna kecuali Allah. Setiap muslim wajib mengharap kepada Allah manakala ia telah melakukan suatu pekerjaan, kemudian melakukan pekerjaan lain dengan sungguh-sungguh. (94:8). Dan jika dia menginginkan sesuatu wajib memohon kepada Allah dengan harapan dikabulkan oleh-Nya (40: 60). Allah senantiasa memberi kepada siapa saja yang mengharap kepada-Nya. (2:186)

Harapan tertinggi seorang muslim adalah ridho Allah. Keredhaan ini berwujud lepasnya diri dari azab neraka jahannam dan masuk ke dalam syurga. Jalannya diperoleh dengan iman dan amal sholeh sampai mencapai syahid fi sabilillah atau hidup istiqomah dengan memperoleh husnul khotimah tatkala sampai kepada ajal. Untuk itu setiap muslim sejati rela berkorban dalam mencapai redha Allah ini (2: 207, 33: 23)

8. Tiada Yang memberi manfaat atau mudhorot selain Allah

Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Dialah yang berhak menentukan apa saja bagi hamba-hamba-Nya. Tiada yang memberi manfaat (kegunaan) atau memberi mudhorot (kecelakaan) selain hanya Allah. Seorang muslim meyakini bahwa manusia atau makhluk lainnya tidak akan mampu memberikan sesuatu pengaruh melainkan apabila diidzinkan Allah (6: 17, 10: 107). Sebagaimana Rasulullah bersabda kepada Ibnu Abbas, ".... Dan kalau sekiranya ummat manusia hendak berbuat sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka semua manfaat itu tidak akan ada kecuali Allah menentukannya. Dan apabila mereka akan berbuat jelek bagimu, maka kejahatan itu tidak akan menimpamu kecuali yang telah ditetapkan Allah pula. Qalam telah diangkat, dan lembaran-lembaran taqdir ditulis atas kehendak-Nya". (2: 255)
Karenanya, seorang muslim tidak merasa takut untuk melakukan kebaikan, dengan mengikuti minhaj Islam dalam menegakkan agama-Nya. Dia tidak takut celaan, ancaman, intimidasi, teror , dan sebagainya sepanjang sesuai dengan minhajul hayat yang ditempuhnya.

9. Tiada Yang menghidupkan atau mematikan selain Allah

Allah Yang Maha hidup, kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya adalah sumber kehidupan (2: 255, 3: 27). Tiada yang menghidupkan selain Allah sebagaimana tiada yang mematikan kecuali hanya Allah (39: 42, 2: 260). Dialah Yang menciptakan Mati dan Hidup sebagai ujian bagi manusia (67: 2). Dengan demikian, bagaimana pun posisi manusia diujung kematian tidak akan sampai pada kematiannya apabila belum merupakan ajal Allah. Dan bagaimana pun manusia berlari, apabila kematian sudah datang dia tidak akan dapat bersembunyi. (4: 78, 62: 6-8)
Dengan meyakini hal ini muslim tidak akan takut dengan kematian, karena kematian bukan ditentukan oleh manusia atau musuh-musuh Islam tetapi oleh Allah semata. Muslim juga memahami bahwa kehidupan dunia ini merupakan milik Allah, bersifat sementara dan hanya ujian belaka. Sementara kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, kekal abadi, dan merupakan hasil dari ujian tersebut. Dia tidak akan tertipu dengan sandiwara hidup dunia dan akan mengharapkan pahala akhirat.

10. Tiada Yang mengabulkan permohonan selain Allah:

Allah bukan hanya mengurus makhluk-Nya tetapi juga mengabulkan apa saja yang diminta oleh makhluk-Nya (2: 186, 40: 60). Karena itu setiap muslim meyakini bahwa hanya dengan memohon kepada Allah saja dia akan memperoleh apa yang diinginkannya. Memohon sesuatu kepada Allah merupakan suatu ibadat khusus yang disenangi Allah. Karena itu, Allah melarang dan mengharamkan orang meminta kepada orang lain atau menggunakan perantara dalam do'anya. Orang hanya boleh minta dido'akan kepada orang lain, sebagaimana terdapat dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabat beliau. Namun memohon kepada Allah dengan perantara adalah syirik ( 39: 2)

11. Tiada Yang melindungi selain Allah

Allah menguasai seluruh ciptaan-Nya sekaligus melindungi alam semesta dari kebinasaan kecuali apabila dikehendaki-Nya. Tak ada yang melindungi selain hanya Allah. Dia juga melindungi manusia yang memohon perlindungan kepada-Nya. Tauhid mengharuskan setiap muslim hanya bertawudz (memohon perlindungan ) kepada Allah terhadap hal-hal yang tak dapat dijangkau dengan indera atau pun dari hal-hal yang dapat dijangkau inderanya. Karena itu, perlindungan kepada jin atau sesuatu selain Allah adalah syirik (72: 6).
Muslim memohon perlindungan kepada Allah dari disimpangkan dalam melaksanakan bimbingan hidup (Al Qur-an) yang dijalaninya (16: 98). Ini menunjukkan bahwa godaan syaitan untuk menyimpangkan manusia dari jalan yang lurus itu sungguh banyak dan setiap saat mengepung kita. Karena itu berlindung kepada Allah wajib dilakukan setiap saat , tanpa memandang waktu dan tempat - terutama saat akan melakukan suatu ibadah agar ibadah tersebut ikhlas lillahi ta'ala. Rasulullah berta'awudz (mohon perlindungan) tatkala hendak melaksanakan sholat (23: 97-98), saat berda'wah (41: 36), membaca Al Qur-an (16: 98) serta disetiap saat dengan membaca muawidzatain. (surat 113, 114)

12. Tiada Tempat Bertawakkal selain Allah

Karena Allah senantiasa melindungi hamba-hamba-Nya, seorang muslim menggantungkan dirinya pada kehendak dan kemauan Allah. Menggantungkan diri ini disebut tawakkal, yaitu melakukan sesuatu secara benar kemudian menyerahkan hasilnya kepada ALlah. Tentu saja hal itu dilakukan setelah usaha dan kerja keras sesuai dengan hidayah Allah dan bimbingan Rasulullah. Allah menentukan yang terbaik bagi setiap muslim setelah dia berusaha. Karenanya siapa saja yang bertawakkal kepada ALlah, Allah akan mencukupi keperluannya (65:3). Muslim tidak menggantungkan hasil pekerjaannya kepada usahanya. Dia meyakini bahwa semua kebaikan dirinya bersumber dari ALlah (27: 40)
Dalam setiap tindakan muslim menyerahkan hasilnya kepada Allah Sebelum menetapkan sesuatu dia bermusyawarat, karena musyawarat adalah sunnah Rasulullah, Setelah bermusyawarat dia bertawakkal kepada Allah (3: 159). Demikian pula dalam menghadapi berbagai persoalan, baik dalam keadaan lapang atau pun sempit (12: 67, 11: 88). Dengan tawakkal ini seorang muslim tidak pernah khawatir dengan jaminan Allah karena meyakini bahwa semua ketentuan Allah adalah baik baginya (9 : 52)

13. Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah

Dengan menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah muslim meyakini bahwa tiada daya dan kekuatan selain dari Allah. Inilah kunci kekuatan seorang muslim. Dia bekerja keras kemudian bersandar kepada Allah dalam menanti hasilnya. Demikian pula dia meyakini bahwa apa pun tidak akan berlangsung tanpa idzin dan kehendak Allah (2: 255). Karena itu, seorang muslim akan meyakini bahwa kekusaan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada suatu pun yang bergerak tanpa kehendak dan kemauan Allah.

14. Tiada Yang diagungkan selain Allah

Dengan segala kemuliaan dan kebesarannya, maka hanya Allah sajalah yang berhak diagungkan dan dimuliakan. Pengagungan kepada selain ALlah adalah syirik, karena setiap muslim sudah menyatakan Allah sebagai satu-satunya yang berhak diagungkan. Nabi Muhammad menolak ketika beliau diperlakukan secara berlebihan oleh para sahabatnya. Beliau berkata, "Janganlah kalian memperlakukan aku sebagaimana kaum Nasrani mengagungkan Iesa putra Maryam". (Al Hadits). Rasulullah adalah manusia biasa seperti kita; kelebihan beliau adalah membawa wahyu yang menyeru manusia pada Tauhidullah. (18: 110)

15. Tiada Yang dimohonkan pertolongannya selain Allah

Allah yang Maha berkuasa, sumber segala daya upaya dan kekuatan tentulah yang menentukan hidup manusia. Maka seseorang yang dimusuhi Allah tidak ada yang dapat memberi pertolongan kepadanya. Tak ada yang mampu menyelamatkan orang yang dicelakakan Allah. Maka hanya Dialah yang berhak dimintai pertolongannya (al istianah). Memohon pertolongan kepada sesuatu selain Allah melanggar pernyataan tauhid yang senantiasa kita baca dalam Surat Al fatihah sholat kita (1: 5).
Tolong menolong antara sesama manusia atau meminta tolong orang lain bukanlah termasuk ke dalam syirik (5: 2). Karena sifatnya bukan memohon kepada sesuatu yang ghaib atau kepada sesuatu yang dianggap lebih agung dan mulia dari yang minta pertolongan. Kendati demikian para sahabat Nabi menghindari meminta tolong kepada sesama manusia tanpa menolak bantuan orang lain apabila memang mereka menghajatkan. Yang melanggar tauhidullah adalah memohon kepada sesuatu yang ghaib selain Allah. Meminta bantuan jin untuk suatu urusan termasuk ke dalam syirik (72:6)

Wahai Jama’ah Masjid Al Ikhlas yang beriman, bawalah pulang Buletin Jum’at ini agar bisa dibaca juga oleh keluarga kita yang lain. Insya Allah bermanfaat. Aamiin….

0 Comments:

Post a Comment

<< Home