Tuesday, May 25, 2010

Dapatkah Ruqyah Memberantas Kemusyrikan?

Dapatkah Ruqyah Memberantas Kemusyrikan?
Senin, 24/05/2010 13:12 WIB
oleh Saiful Islam Mubarak

Masalah:


Di beberapa daerah telah terbukti ruqyah sangat bermanfaat untuk menyelamatkan masyarakat dari kemusyrikan. Bahkan dengan ruqyah mereka menjadi sadar hingga mau meninggalkan kebiasaan mereka yang berkaitan dengan perdukunan. Orang-orang yang memelihara benda-benda tertentu atas petunjuk dukun telah banyak yang sadar dan bertaubat setelah diruqyah. Hal itu membuktikan bahwa ruqyah sangat berguna bagi penyelamatan aqidah. Pertanyaannya adalah: jika praktik meruqyah yang sekarang sudah tersebar ini di pertanyakan kebenarannya, apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi gejala kemusyrikan yang terjadi akibat paranormal atau dukun itu?


Pembahasan:


Memberantas kemusyrikan adalah tugas utama para rasul dan para pewarisnya pada setiap zaman. Tidak diragukan lagi bahwa gejala kemusyrikan yang bermunculan pada masyarakat muslim merupakan lapangan jihad para pewaris nabi. Maka, sangat penting bagi setiap da’i untuk mencurahkan segala upaya demi menyelamatkan umat dari bahaya kemusyrikan.


Sekiranya ruqyah dapat digunakan untuk memberantas kemusyrikan, apakah Rasulullah saw. melawan kemusyrikan selama tiga belas tahun di Mekah dengan menggunakan ruqyah? Ternyata ruqyah digunakan sahabat setelah priode Mekah berlalu yaitu setelah masuk priode Madinah.

Bila ada orang yang berkata: Nabi Isa berda’wah dengan melakukan pengobatan.
Maka katakanlah kepadanya: Sekiranya Nabi Isa berda’wah dengan mu’jizatnya berupa pengobatan, apakah yang dia obati itu penyakit kemusyrikan dan kesurupan? Sungguh Al Quran telah menjelaskan bahwa Isa suka mengobati orang yang menderita penyakit sopak dan menyembuhkan orang buta dengan seizin Allah.


Memberantas kemusyrikan adalah tugas suci yang dilakukan oleh para rasul. Kita wajib mengikuti jejak langkah mereka dengan cara yang mereka contohkan yaitu melalui tabligh, ta’lim, tarbiyah dan seterusnya secara terperogram dan berkesinambungan. Karena itu, untuk memberantas kemusyrikan selama berada di Mekah, Rasululllah saw. memerlukan waktu hingga tiga belas tahun.

Mungkinkah tingkatan da’i zaman sekarang dapat memberantas kemusyrikan hanya dengan ruqyah yang memakan waktu beberapa menit saja. Mungkinkah dalam jangka waktu yang sangat singkat ini kalimat tauhid tertanam dalam qalbu masyarakat dan mereka pahami secara mendalam?
Karena kalimat tauhid tidak cukup hanya untuk diucapkan, tetapi mesti menjadi pegangan hidup yang diawali dengan ilmu dan pemahaman. Allah berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ(9)

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.
Kemusyrikan adalah lambang kegelapan dan ketauhidan adalah cahaya. Kegelapan tidak memerluakan ilmu sedang cahaya memerlukan ilmu.
Menghilangkan satu kemusyrikan tidak mungkin tercapai tanpa pengganti yaitu menanamkan ketauhidan. Ketauhidan tidak akan dapat terwujud tanpa ilmu. Karena ketahudian itu sangat luas kajiannya maka untuk mengetahui ilmu tauhid memerlukan waktu yang sangat luas.
Jika gerakan pemberantasan kemusyrikan tidak disertai dengan pembinaan ketauhidan yang terprogram dan berkesinambungan, maka gerakan tersebut akan dihadapkan kepada berbagai kemungkinan, antara lain:

§ Hilangnya satu bentuk kemusyrikan yang melahirkan kemusyrikan lain, yaitu banyaknya orang yang sadar hingga meninggalkan keyakinan kepada benda-benda mati karena mereka berpindah kepada keyakinan terhadap orang-orang tertentu yang dipandangnya sebagai orang suci atau luar biasa hingga pengkultusan pun tidak dapat dihindari.

§ Hilangnya satu bentuk kemaksiatan yang memunculkan kemaksiatan lain, yaitu banyaknya orang sadar yang meninggalkan kemakisatan diganti dengan kesibukan ibadah yang bersumber kepada ajaran campuran atau yang sering disebut dengan bi’dah. Seperti melakukan ruqyah yang pada mulanya hanya dengan berdoa, setelah mengalami perkembangan maka ruqyah tersebut dilakukan sambil mengeluarkan tenaga pada gerakan tertentu untuk mengusir jin dari satu tempat atau dari seseorang padahal meruqyah adalah gambaran seorang yang sedang berdoa kepada Allah dengan penuh khusyu dan tunduk dengan merendahkan diri di hadapan-Nya. Sedangkan tenaga yang keluar dari gerakan tertentu menggambarkan kekuatan yang tidak diperluakan pada waktu berdoa.

§ Hilangnya kemaksiatan dari orang-orang tertentu diikuti dengan menurunnya kualitas keislaman dari masyarakat luas akibat berkurangnya tenaga pembina karena kesempatan sebagian para pembina disibukkan oleh kegiatan meruqyah. Telah terbukti ada beberapa orang ustadz meninggalkan kewajiban rutin mengajar dan mengisi ta’lim yang terprogram karena waktu mereka tersita untuk meruqyah di berbagai tempat. Maka dapat dipahami jika ada yang beranggapan bahwa banyaknya kesurupan merupakan proyek setan untuk menambah kesibukan para ustadz agar mengurangi tugas utamanya untuk membina umat.

Jika beberapa hal di atas itu terjadi, maka kesibukan seseorang dengan meruqyah di samping diakui ada manfaatnya namun mudaratnya pun sangat penting untuk diwaspadai.
Langkah-langkah yang penting untuk dilakukan adalah mendalami makna dan menghayati ayat-ayat Al Quran yang juga merupakan bacaan yang utama dalam meruqyah antara lain surat al Falaq yang termasuk al mu’awwadzatain المعوذتين (dua surat yaitu: surat al Falaq dan surat an Nas yang digunakan untuk mohon perlindungan),

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ(1)مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ(2)وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ(3)وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ(4)وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ(5)
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".

Beberapa pelajaran yang penting dari surat ini:

§ Surat ini menanamkan kesadaran kepada setiap manusia agar selalu menyadari bahwa di mana pun dia berada selalu dihadapkan kepada bahaya.

§ Bahaya tersebut muncul dari ciptaan Allah yang sebenarnya diciptakan untuk dimanfaatakan oleh manusia. Namun bila mereka tidak mampu menggunakannya maka manfaat tesebut akan berubah menjadi bahaya.

§ Karena rahmat-Nya yang tak terbatas, Allah menyediakan perlindungan bagi semua hamba-Nya dari berbagai bahaya dan menyuruh mereka agar berlindung di bawah naungan-Nya.

§ Tanpa diminta pun Allah Mahatahu siapa yang perlu perlindungan-Nya. Namun demikian, Dia memberi jalan kepada kita untuk selalu mendekati-Nya. Maka ditetapkanlah perintah untuk menyatakan diri sebagai seorang hamba yang selalu berlindung di bawah naungan-Nya.

§ قُلْ Perintah “katakanlah” ditujukan kepada seorang manusia. Hal itu memberi arti bahwa perintah ini pada dasarnya mesti dilakukan oleh pribadi masing-masing bukan dengan bantuan orang lain atau melalui seorang ahli. Ketika seseorang mohon bantuan kepada orang lain maka bantuan tersebut tidak lebih utama daripada kerja dirinya sendiri.

§ أَعُوذُ Aku berlindung. Pernyataan yang menunjukkan bahwa seorang hamba yang menyadari akan kelemahan dirinya selalu berlindung di bawah naungan-Nya. Perlindungan tersebut tidak hanya diperlukan pada waktu tertentu tetapi diperlukan selamanya.

§ بِرَبِّ الْفَلَقِ kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Allah Swt. Mahakuasa terhadap segala sesuatu. Namun demikian, di sini ditegaskan bahwa Dia Menguasai subuh. Hal itu memberi isyarat bahwa manusia banyak yang lalai terhadap nilai waktu yang diawali dengan subuh. Subuh yang merupakan permulaan siang telah Allah sediakan bagi manusia untuk mencari kehidupan. Dalam perjalanan mencari kehidupan banyak manusia yang lalai karena tergoda oleh berbagai peristiwa, temuan dan daya tarik alam di sekitarnya. Karena itu, Allah perintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk selalu berlindung kepada-Nya.

§ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ dari bahaya apa saja yang Dia ciptakan. Artinya segala sesuatu yang telah Allah ciptakan akan menimbulkan bahaya kecuali bagi orang yang mendapat perlindungan-Nya. Dengan perlindungan-Nya segala sesuatu akan bermanfaat baik bagi dirinya, keluarganya maupun umat pada umumnya. Umpamanya: sehat akan membawa manusia bebas berbuat maksiat kecuali mereka yang mendapat perlindungan, maka kesehatan akan menjadi bekal untuk banyak beramal yang berguna bagi kepentingan umat. Sakit telah banyak membuat manusia resah dan gelisah, namun dengan perlindungan-Nya sakit banyak membuat manusia menikmati kedekatan diri dengan Allah, bertambah khusyu’ dalam beribadah dan selalu ingat akan kehidupan akhirat. Ringkasnya, segala sesuatu akan menjadi bekal untuk beramal shaleh bagi orang yang mendapat bimbingan-Nya dan menjadi jalan maksiat bagi orang yang jauh dari Allah. - وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Allah telah menjadikan malam agar manusia mendapat ketenangan. Ketenangan dapat dicapai dengan keseimbangan. Malam adalah saatnya untuk menjaga keseimbangan antara terpenuhinya tuntutan jasmani dan rohani. Dengan adanya siang banyak manusia bekerja untuk memenuhi keperluan jasmani dan dengan adanya malam maka Allah sediakan bagi manusia untuk berusaha memenuhi tuntutan rohani. Siang dan malam dipisah dengan waktu fajar. Allah berfirman: فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ(96) Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dalam kehidupan nyata banyak manusia yang menggunakan malam hanya untuk tidur nyenyak atau begadang untuk bermain karena tidak ada pekerjaan. Kedua kondisi ini termasuk ancaman yang membawa kepada bahaya. Baik orang yang menggunakan waktu malam hanya untuk tidur atau mengisi waktu malam dengan begadang, keduanya akan dihisab atau dimintai tanggungjawab, karena Allah sediakan malam untuk meraih ketentraman, dan ketentaraman tidak akan dapat dicapai tanpa keseimbangan, yaitu terpenuhinya tuntutan fisik dengan tidur dan tuntutan rohani dengan taqarrub kepada Allah. Seorang mukmin akan berusaha menjadikan malam untuk meningkatkan taqarrub kepada Allah dan melakukan evaluasi tentang pekerjaan yang berlangsung pada waktu siang hari. Orang yang memahami arti malam akan selalu berusaha menjauh dari bahaya malam yang terkadang menimpa seseorang di luar kesadaran.

§ وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, bahaya yang menimpa manusia ada yang dibuat oleh dirinya sendiri ada pula yang dibuat oleh orang lain. Kejahatan ahli sihir telah terbukti menimpa orang yang tidak berdosa sejak dahulu. Dan semua peristiwa tidak pernah terjadi kecuali seizin Allah. Hanya saja tidak semua yang Allah izinkan disertai dengan keridhoan-Nya atas pelakunya. Kejahatan ahli sihir tidak menimpa seseorang kecuali dengan seizing-Nya. Kendatipun Dia mengizinkan, namun Dia tidak meridhoinya. Dengan terjadinya apa yang diinginkan tukang sihir menimpa pada diri seseorang maka kaum muslimin semakin merasa pentingnya perlindungan Allah sehinga tanpa disuruh pun mereka akan selalu berlindung kepada-Nya karena Dia-lah yang berada di atas segalanya dan Mahakuasa atas segala sesuatu.

§ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. Dengki adalah salah satu sumber kejahatan. Dengki sering muncul karena melihat kebaikan pada orang lain. Karena dengki, seseorang tidak sanggup melihat kenikmatan pada orang lain hingga dia berjuang untuk menghapuskannya. Karena dengki, setan berupaya untuk menggoda manusia dan membawa mereka menuju kesesatan. Karena dengki, setan selalu melakukan tipu daya untuk menyesatkan manusia. Manusia yang dia sesatkan bukanlah mereka yang sudah sesat melainkan mereka yang suka beribadah kepada Allah, yaitu orang yang sedang menempuh perjalanan yang lurus menuju ridho-Nya. Setan merasa sakit jika melihat manusia yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena dia telah dikutuk tidak akan mendapat kesempatan untuk menyelamatkan dirinya dari siksa Allah. Karena itu setan terus mencurahkan segala kemampuannya untuk menggoda tokoh muslimin. Karena, jika berhasil meggoda seorang tokoh maka keberhasilan tersebut akan berdampak pada masyarakat pengikutnya. Salah satu langkah yang dilakukan setan untuk menggoda seorang tokoh adalah dengan membuat jebakan-jebakan yang menggiurkan. Dengan jebakan-jebakan tersebut telah banyak manusia yang terjerat yang kemudian terbawa arus menuju kesesatan tanpa disadari. Kedengkian adalah salah satu penyebab utama yang menimbulkan kerusakan. Baik kerusakan yang menimpa pribadi, keluarga, masyarakat, bahkan yang menimpa satu negara. Setiap muslim meyakini bahwa Allah Mengetahui segala yang tersirat pada hati makhluk-Nya. Niat baik dan buruk yang tersirat pada hati seseorang tidak lepas dari pandangan-Nya. Karena itu semua niat jahat orang yang dengki sama sekali tidak akan berpengaruh jika Allah tidak mengizinkannya. Kedengkian seseorang sering mendapat dukungan dari setan untuk melakukan satu perbuatan yang merugikan orang lain. Orang yang beriman selalu menjadikan bisikan setan sebagai dorongan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu apapun yang terjadi didunia ini selalu positif bagi seorang mukmin. Itulah awal keselamatan yang merupakan jalan menuju keselamatan abadi diakhirat nanti. Surat Al Falaq mengantarkan setiap hamba tampil di hadapan semua makhluk unutk berikrar bahwa dia berlindung kepada Zat Yang Mengatur semua makhluk. Ikrar tidak akan bermakna tanpa disertai dengan keyakinan yang dijiwai dan dirasakan. Surat ini juga membina setiap hamba untuk selalu berlindung di bawah naungan Penguasa alam. Jika mereka berlindung di bawah naungan-Nya maka kedengkian para penjahat tidak berpengaruh selain hanya menambah penderitaan atas diri mereka sendiri. Tipu daya setan telah banyak menyesatkan manusia tanpa mereka sadari. Bahkan di antara mereka ada yang merasa lebih takwa daripada orang lain. Hal ini terjadi karena dia sering berbuat yang tidak dilakukan orang lain atau yang disebut luar biasa. Bagaiman dia dapat berbuat yang aneh kalau bukan karena mendapat bantuan setan dalam hal-hal yang di luar kemampuan orang lain. Sesuatu yang luar biasa tersebut sulit untuk dikatakan salah karena terkadang terbukti bermanfaat bagi kepentingan orang lain, bahkan kepentingan beragama. Mungkinkah hal tersebut adalah jebakan dari setan?
Setan tidak berkeberatan untuk memberi umpan dan pancingan seperti dengan “insyaf”nya seorang penjahat, kalau dengan insyafnya seseorang setan mendapat peluang untuk menyesatkan orang banyak.
Ada seorang praktisi ruqyah yang berbangga diri dengan pekerjaannya karena dia telah berhasil merubah seorang penjahat menjadi ahli masjid. Dan mantan penjahat tersebut sangat patuh kepadanya. Dengan kejadian ini banyak masyarakat yang tertarik untuk mengikuti langkah praktisi tadi. Yang akhirnya dari hari ke hari maka semakin banyaklah pengikutnya. Jika mantan penjahat tersebut tidak dibina dengan aqidah yang benar, menyelurauh dan mendalam serta tidak diberi pemahaman yang luas tentang Islam maka dia hanya mengalami perubahan dalam tampilan semata.
Sebenarnya dia hanya berpindah dari satu kehidupan jahiliyah menuju kehidupan jahiliyah baru. Semula dia tunduk kepada hawa nafsunya sendiri yang merugikan orang lain secara langsung lalu berubah menjadi tunduk kepada seorang praktisi ruqyah dan keinginannya yang merugikan orang lain secara tidak langsung. Semula dia suka berbuat jahat yang merugikan banyak masyarakat lalu berubah menjadi orang yang rajin ke masjid dengan menganggap kesucian sang guru (praktisi ruqyah) dan membuat orang lain mengkultuskan sang guru tersebut karena terlihat sebagai orang istimewa.
Semula dia merugikan orang lain secara lahir lalu dia berubah langkah yang merugikan orang lain secara batin yaitu aqidah.
Ini dari satu segi, dari segi lain perubahan tersebut dijadikan pembenaran bahwa apa yang dilakukan sang guru itu adalah ajaran yang benar karena telah membuat orang jahat menjadi insyaf. Memang orang yang terjebak dengan tipu dayanya dia akan merasa sebagai yang istimewa dan berada di atas orang lain. Padahal dia sedang menghadapi ancaman yang sangat berbahaya, karena sudah menjadi alat yang digunakan untuk menyesatkan manusia dengan cara lain. Demikian pula halnya dengan perubahan sebagian orang yang mempercayai adanya kekuatan pada benda-benda dan mengkultuskan benda-benda yang mereka karamatkan berubah menjadi orang yang mengkultuskan manusia yang sama-sama makhluk Allah.
Pengkultusan kepada manusia dan kepada benda-benda mati tidak lepas dari akidah syirik yang dapat menghapus semua amal ibadah.
Masalah penting dalam bab ini adalah: betulkah praktik ruqyah merupakan langkah yang tepat untuk memberantas kemusyrikan?
Apakah Rasul saw. dan sahabatnya berda’wah memberantas kemusyrikan dengan ruqyah? Tidak ada seorang dari kalangan ulama Al Quran, Sunnah dan ulama sirah yang menyatakan hal itu. Sejak generasi pertama yang disebut dengan assabiquanal awwalun yaitu generasi afdhol hingga saat ini da’wah terus berjalan dengan menanamkan aqidah yang benar dan pembinaan yang berkesinambungan dengan mengajarkan ajaran secara menyeluruh dan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada petunjuk Al Quran dan contoh Rasulullah saw.
Sekiranya praktik ruqyah merupakan langkah yang tepat untuk da’wah maka sesungguhnya Rasul saw. dengan sahabatnyalah yang lebih tepat untuk melakukannya. Karena mereka ahli ibadah dan doa mereka selalu diijabah. Karena itu sangat dikhawatirkan jika kesibukan meruqyah membauat seseorang meninggalkan kebiasaan mengajar, mangisi ta’lim, rutin atau mengisi dan hadir dalam halaqoh tarbawiyah, apappun alasannya, karena hal tersebut telah jalas-jelas mendukung program setan dan merugikan da’wah.
Bisikan dan rayuan setan tidak akan berpengaruh bagi orang yang senantiasa mengamalkan surat Annas. Mengamalkan surat annas tidak cukup dengan sekedar membacanya akan tetapi mesti disertai dengan tadabbur, menghayati dan menjiwai artinya.
Untuk itu marilah kita berupaya untuk menghayatinya: قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ(1)مَلِكِ النَّاسِ(2)إِلَهِ النَّاسِ(3)مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ(4)الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ(5)مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ(6) Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia”.
Beberapa pelajaran yang penting dari surat ini antara lain:
قُلْ Katakanlah Perintah ditujukan kepada setiap hamba untuk menyatakan sikap yang jelas yang terdengar oleh makhluk lain.
أَعُوذُ Aku berlindung. Pernyataan perorangan ini diungkapkan oleh setiap hamba yang membuktikan bahwa setiap hamba diperintah untuk menyatakan perlu akan perlindungan. Hal itu tidak menafikan adanya bantuan orang lain untuk memohon perlindungan bagi dirinya, akan tetapi membuktikan bahwa dirinyalah yang lebih tepat untuk berlindung kepada Zat Yang Mengetahui dan menyediakan perlindungan bagi setiap yang memerluannya. Akan tetapi, hal ini menafikan adanya pandangan bahwa di sana ada orang yang ahli mengusir jin atau setan, sebab orang yang dikatakan ahli juga harus selalu menyatakan bahwa dirinya perlu perlindungan.
بِرَبِّ النَّاسِ kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Dalam surat lain terulang beberapa kali bahwa Allah adalah rabbul’alamin yaitu Tuhan semesta alam. Namun demikian, di sini disebut sebagai Tuhan manusia. Hal itu memberi isyarat bahwa manusialah yang sangat memerlukan perlindungan dari berbagai godaan. terutama godaan batin yang tidak disadari datang dan perginya. Dengan disebut “manusia” maka memberi arti bahwa keperluan manusia terhadap perlindungan melebihi keperluan makhluk lainnya, sebab godaan yang datang kepada manusia datang dari berbagai arah dengan berbagai cara dan banyak sekali yang tidak diketahui baik sebelum maupun sesudah terjadi.
Karena itu sangat penting bagi setiap manusia untuk menyatakan kelemahan dirinya dan berlindung kepada yang Mahakuasa yaitu:
مَلِكِ النَّاسِ Raja manusia. Dengan pengakuan bahwa Dialah Raja manusia, maka hilanglah keyakinan adanya kekuasaan selain kekuasaan-Nya. Siapa pun yang mengaku dirinya memiliki kekuasaan maka pengakuan tersebut hanya tipuan belaka yang dapat merugikan dirinya dan juga merugikan orang lain. Setiap hamba diperintah untuk menolak pengakuan tersebut. Jika seorang hamba telah membersihkan hatinya dari pengakuan adanya kekuasaan selain kekuasaan-Nya
maka tertanamlah keyakinan bahwa tiada yang patut disembah selain Yang Mahasatu, yaitu:
إِلَهِ النَّاسِ Sembahan manusia. Yang menyembah Allah bukan hanya manusia melainkan semua makhluk yang beriman pasti menyembah-Nya. Namun demikian, ayat ini menyebutkan kata “manusia”, hal itu mememberi isyarat bahwa betapa pentingnya mansia untuk selalu diingatkan dalam urusan ibadah ini. Mereka banyak yang mengaku sudah sempurna dalam beribadah padahal tiada yang mengetahui hakikat ibadah mereka selain Allah.
Selain waktu pernah belangsung dialog antar seorang hamba dengan saudaranya yang dikenal ahli mengusir jin.
Isi dialog sebagai berikut:
Hamba: ustadz, mengapa bacaan ustadz sangat berpengaruh bagi orang yang kesurupan, sementara orang lain tidak, padahal yang dibacanya adalah sama yaitu ayat Alquran dan doa dari Rasulullah?
Ahli jin: itu adalah urusan ketakwaan. Orang yang bertakwa selalu dikabulkan doanya.
Hamba: ustadz, adakah orang yang bertakwa mengetahui ketakwaan dirinya. Yang saya ketahui semakin meningkat ketakwaan seseorang maka akan semakin merendah dan mengaku masih jauh dari derajat seorang yang takwa, karena tiada yang mengetahui ketakwaan seseorang selain Allah? Inilah salah satu hal yang senantiasa perlu diwaspadai, boleh jadi pengakuan tersebut adalah bisikan dari setan, karena itu betapa pentingnya bagi setiap insan untuk berlindung kepada Allah dari bisikannya setan.
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Jika manusia membisik maka bisikannya dapat diketahui apa, kapan dan bagaimana, berbeda dengan bisikan setan yang berlangsung dengan tersembunyi bahkan sulit diketahui walaupun terus menerus membisik.
Dan tidak mustahil orang paling sering mendapat bisikan setan mengaku sebagai orang paling jauh dari setan karena seten membisikan demikian. Sehingga dia merasa tenang dan aman dari kejahatannya padahal sangat mungkin perasaan tersebut adalah hasil dari bisikannya juga. Dengan bisikan tersebut maka dia merasa sebagai orang yang luar biasa.
Dan perasaan tersebut didukung dengan berbagai keadian yang tidak dimiliki orang lain. Hal itu semakin membuat dirinya merasa sebagai orang yang istimewa.
Walaupu lisannya berkata: aku adalah orang biasa tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Dengan perkataan ini orang semakin kagum karena pernyataan tersebut juga memberi arti adanya tambahan keistimewaan.
Memang bisikan setan sangat halus dan sulit diketahui. Kesulitan tersebut bukan saja menurut tingkatan kita sebagai hamba biasa akan tetap setingkat sahabat pun sangat sulit untuk mengetahui bisikan setan.
Terbukti para sahabat sering diingatkan Rasullah saw agar selalu waspada akan bisikan setan dan godaannya. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.

Bagaimana tidak dikatakan sulit, dia membisik langsung kedalam dada manusia tanpa melalui telinga.
Tiba-tiba bisikannya masuk kedalam hati. Dan bila sudah sampai kedalam hati maka akan menjadi keyakinan yang sulit untuk dihindari bahkan tidak sedikit menghilangkan fungsi fikiran. Sungguh banyak orang yang dipandang cerdas tiba-tiba cara berpkikirnya berubah karena pengaruh keyakinan. Dan itulah langkah yang ditempuh setan yaitu menyampaikan bisikan yang langsung menjadi keyakinan.

Sungguh banyak orang yang tersesat bukan karena tidak berilmu akan tetapi ilmu telah mereka terima tidak difungsikan sebagaimana mestinya.
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ dari (golongan) jin dan manusia. Golongan jin disebut lebih dahulu karena kendatipun bisikan yang lebih dekat kepada manusia adalah bisikan yang datang dari jenis manusia itu sendiri, namun yang lebih penting untuk diwaspadai adalah justeru yang datang dari jenis golongan jin. Karena bisikan yang datang dari golongan jin lebih sering dan lebih berbahaya dan tidak dapat diketahui.

Termasuk bisikan jin tentang keadaan dan prilaku golongan jin itu sendiri yang ditujukan kepada sebagaian orang seperti yang pernah diungkapkan oleh Muahammad Isa Daud penulis buku “Dialog dengan Jin Muslim”.
Dalam bukunya dia mengungkap beberapa informasi dari jin yang dia anggap sebagai sahabatnya. Dia menyakini bahwa sahabatnya adalah jin muslim. Sahabat tersebut banyak berbicara tentang kehidupan jin dan tokoh-tokohnya.
Muhammad Isa Daud (MID) berkata: Tiba-tiba saja jin Muslim sahabat saya itu mengatakan, “Akan kusampaikan kepadamu yang sangat penting. Iblis punya kerajaan yang sangat besar: ada menteri-menteri, pemerintahan, dan kantor-kantor yang besar-besar. Iblis mempunyai wakil-wakil, lima diantaranya wajib kalian waspadai.”

Mari berhenti sejenak memerhatikan ungkapan jin sahabat MID diatas:

§ Tanpa diundang dia datang untuk menyampaikan berita yang tidak perlu. Bukankah yang demikian itu kebiasaan setan.

§ Dia menyampaikan informasi yang tidak diminta. Yaitu kehidupan dan aktivitas makhluk gaib. Untuk apa dia menyampaikan masalah-masalah yang tidak berkaitan dengan ajaran yang mesti dijadikan pegangan manusia? Tidakkah dia bermaksud untuk menyibukkan manusia dari kawajiban syar’ie?

§ Dia juga tidak ragu-ragu menyatakan: “wajib kalian waspadai”. Atas dasar apakah dia berani menetapkan satu kewajiban yang ditujukan kepada manusia. Padahal tiada yang berhak menetapkan kewajiban atas umat manusia selain Allah dan RasulNya. Bukankah hal itu merupakan intervevsi setan dalam menetapkan hukum?

§ Kalau yang dimaksud dengan kata wajib seperti halnya kewajiban yang biasa ditetapkan dalam aturan orgaisasi atau pemerintahan, maka tidak diragukan hal tersebut adalah berkaitan dengan aturan kerja yang dapat kita ketahui maslahatnya. Adapun yang berkaitan dengan masalah gaib, sama sekali tidak dapat diketahui kebenarannya. Karena itu apapun alasannya, ketetapan tersebut tidaklah berarti selain membawa kepada kesibukan yang sia-sia. Bukankah itu perbuatan setan.
Semoga MID dapat menghindar dari persahabatan dengan jin yang menyibukkannya.

Siapakah lima wakil Iblis itu? Sahabat MID menjelaskan, yaitu:
1. Tsabar.
2. Dasim.
3. Al A’war.
4. Maswath.
5. Zalnabur.

Agar terhindar dari program kelima nama tersebut jin sahabat MID juga mengajarkan doa dengan mengatakan: hendaknya kamu mengucapkan:

أعوذ بالله من الشيطان ثبر الرجيم وجنده وأبنائه

Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan, Tsabar, yang terkutuk, beriktu pengikut-pengikut dan anak-anaknya.

أعوذ بالله من الشيطان داسم الرجيم وجنده وأبنائه
Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan, Dasim, yang terkutuk, beriktu pengikut-pengikut dan anak-anaknya.

Jin sahabat MID mengemukan lima nama tokoh jin yang menjadi wakil-wakil Iblis. Betulkah lima nama itu ada? Jika ada, betulkah nama-nama itu milik wakil-wakil Iblis? Apakah tidak mungkin kalau kelima nama itu adalah nama-nama jin muslim yang sholeh. Dan dia mengharap agar kaum muslimin dari kalangan manusia untuk membenci hingga mengutuk mereka.
Bagaimana cara mengutuk mereka, sahabat MID juga mengajarkan lafaznya secara jelas menyebut nama-nama tersebut dimasukkan kedalam kalimat isti’adzah. I
sti’adzah dengan redaksi yang disampaikannya merupakan ajaran baru yang tidak dikenal dalam ajaran Islam. Dengan memasukkan nama Tsabar dan Dasim di antara kata “setan” dan “terkutuk” maka kutukan yang semestinya diarahkan kepada semua jenis setan berubah menjadi hanya ditujukan kepada Tsabar dan Dasim berikut pengikut dan anak-anaknya.
Artinya, setan yang terkutuk itu hanyalah dua golongan, yaitu golongan Tsabar dan Dasim.
Sungguh pintar jin sahabat MID dalam mengalihkan amal Islami menjadi amal yang tidak berarti.
Dia mengajarkan doa agar terhindar dari sesuatu yang tidak terbukti dan tidak dapat dibuktikan eksistensinya, apalagi bahayanya.
Ini dari satu segi, dari segi lain, dia telah berhasil melakukan beberapa hal, antara lain:

§ Menambah-nambah ajaran Islam.
§ Mengubah bacaan yang diajarkan Al Quran dan Sunnah.
§ Mengalihkan perhatian dari hal yang pasti kepada yang tidak pasti.
§ Membuat kesibukan untuk mengerjakan yang tidak berguna.
§ Mengarahkan kutukan kepada yang tidak kita ketahui, boleh jadi yang dikutuk itu adalah jin yang muslim, atau sebenarnya nama tersebut tidak dimiliki siapapun.
§ Menanamkan ajaran adanya seorang yang luar biasa memiliki keahlian di atas para sahabat Nabi, karena MID mendapat ilmu yang tidak dimiliki oleh para sahabat Nabi, yaitu ilmu masalah gaib.

Penting untuk kita renungkan. Jika apa-apa yang diterima MID ini benar dan tidak menyimpang mengapa para sahabat Nabi yang lebih bersih dan ketakwaannya terjamin, mereka tidak pernah berdialog dengan jin Muslim dan mengapa jin itu tidak menerangkan bahayanya kepada para sahabat, agar lebih bermanfaat untuk seluruh umat?

Kesimpulan:

§ Memberantas kemusyrikan adalah kewajiban seluruh umat Islam.

§ Kemusyrikan memiliki cara dan bentuk yang beragam. Ada yang diketahui dan banyak sekali yang tidak diketahui.

§ Kemusyrikan harus dihapus dari diri seseorang atau dari satu kelompok masyarakat dengan melalui pembinaan yang terprogram dan berkesinambungan.

§ Ruqyah adalah salah satu ajaran Islam yang mesti diamalkan dan sangat diperlukan bagi semua pengobatan.

§ Rasulullah saw. dan sahabatnya tidak biasa memberantas kemusyrikan dengan praktik ruqyah seperti yang kita kenal saat ini, meskipun doa mereka lebih terjamin untuk diijabah.

§ Memberantas kemusyrikan dengan ruqyah tanpa pembinaan terprogram dan berkesinambungan dihawatirkan hanya melakukan perubahan dari satu bentuk syirik menuju bentuk lainnya atau perubahan dari bentuk syirik jaliy (jelas) menuju syirik khafiy (tersembunyi). Sementara kemusyirikan masih tetap eksis tanpa mengalami kekurangan.
والله أعلم

Wallahu'alam.

Tuesday, May 11, 2010

Tazkiyah kepada Hati yang mati

Hati Sehat - Hati Sakit - Hati Mati

Di Masjid Al Ikhlas, ba'da sholat subuh, seringkali Imam mengajak jama'ah Masjid untuk mendo'akan jama'ah yang sedang sakit agar diberi kesembuhan oleh Alloh SWT dan dapat kembali bersama-sama berjama'ah di Masjid....

tapi....

jarang sekali (mungkin belum) Imam mengajak jama'ah untuk mendo'akan warga sekitar yang hatinya sakit. Agar diberi hidayah oleh Alloh SWT dan ikut bergabung dengan jama'ah...

Kita sering tazkiyah ke orang yang mati...
tapi tidak pernah tazkiyah ke orang yang hatinya mati....

Hubungan hati dengan organ-organ tubuh lainnya, laksana raja yang bertahta diatas singgasana yang dikelilingi para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan kata lain, bahwa hati itu adalah pengendali dan sekaligus sebagai pemberi komando terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah kekuasaannya. Di hati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladanannya, baik dalam ketaatan atau penyimpangan. Organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti dan patuh dalam setiap keputusan.
Nabi saw bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”[HR. Bukhari-Muslim].
Pengelompokan Hati ManusiaHati manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi:
Qalbun Shahih (hati yang suci), Qalbun Mayyit (hati yang mati), dan Qalbun Maridl (hati yang sakit).
Pertama, Qalbun Shahih
Yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada selain rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena Allah, jika memberi atau bersedekah, hal itu karena-Nya dan jika tidak memberi, juga karena Allah. Dan tidak hanya itu saja, tapi diiringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. ia mempunyai landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad saw sebagai suri tauladan dalam segala hal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[QS. Al-Hujurat:1].
Ciri-ciri Qalbun Shahih
1. Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju dan berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk penduduknya. Ia datang ke dunia fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan singgah sebentar sebelum meneruskan perjalanan menuju alam akhirat.
Sebagaimana telah diwasiatkan Nabi saw kepada Abdullah bin Umar : “Jadikanlah dirimu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyeberangi suatu jalan.” [HR. Bukhari].
2. Jika ia tertinggal wirid, atau sesuatu bentuk peribatan lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi ,melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
3. Ia senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka segala sesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya, dan barang siapa tentram dan puas dengan Allah maka orang lain tentram pula ketika melihat dirinya.
4. Apabila tujuan hidupnya hanya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Bila sedang melakukan sholat, maka sirnalah semua kegundahannya dan kesusahan kaena urusan dunia. Sebab di dalam sholat telah ia temukan kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
6. Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakanya, melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga hartanya.
7. Tidak pernah terputus dan futur (malas) untuk mengingat Allah Idan berdzikir kepada-Nya.
8. Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari suatu amal perbuatan daripada kuantitas. ia lebih condong pada keikhlasan dalam beramal, mengikuti petunjuk syari’at rasulullah saw di samping ia selalu merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan mengakui tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua, Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci, memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutup hati mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ” Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.”[QS. Al-An'am:25].
Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan.
Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: “(Mereka berkata Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”[QS. Fushilat:5]
.Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman.
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.” [Al-Baqarah:17-18].
Ketiga, Qalbun MaridlQalbun
Maridl(hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud’izah.
Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.”[QS. Al-Hajj:53].
Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.”[Al-Ahzab:60].
Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.“[QS. Al-Ahzab:32].
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Boleh jadi hati manusia sedang sakit , bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak menyadari.Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil.
Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi: “Fi Qulubihim Maradhun“[QS.Al-Baqarah:10]. artinya: “Dalam hati mereka terdapat penyakit.”
“Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Faktor-faktor penyebab sakitnya hati
Penyebab timbulnya penyakit di hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati. Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana reaksinya amat keras sampai dapat merancukan niat dan iradat (kehendak) seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).
Racun Hati
Setiap kemaksiatan adalah racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun hati yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan hidup hati ada empat macam yaitu:
1. Berlebihan dalam berbicaraBanyak berbicara adalah salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah saw :”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah yang berhati keras.”[HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].
kemudian juga dengan banyak berbicara terkadang membuat seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga melahirkan kerugian dan penyesalan.
Umar bin Kahttab ra pernah berkata: “Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka.” Hal ini ditegas juga dalam sebuah hadits , bahwa rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka lebih jauh antara timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah t]
2. Berlebihan dalam memandang sesuatuAllah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menundukkan pandangannya yang demikian itu lebih suci bagi hati-hati mereka. Dan juga mereka akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabda rasulullah saw : “Barangsiapa yang menahan pandangannya karena Allah, maka dia akan diberikan oleh Allah rasa manisnya iman yang ia rasakan dalam hatinya, sampai dimana ia manghadap kepada-Nya.” [HR. Ahmad].
Sekarang bagaimana jika perintah itu dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya. yaitu, rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu yang dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia berbuat melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia menjadi pengabdi hawa nafsu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS. Al-Kahfi:28].
3. Berlebihan dalam makan
Sedikit makan dapat melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah. Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat sebaliknya.Dari Miqdam bin Ma’di Karib dia berkata, bahwa ia mendengar rasulullah saw bersabda: “Anak adam tidak memenuhi wadah yang lebih buruk, daripada ia memenuhi perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap saja untuk menguatkan tulang rusuknya. Jika memang tidak memungkinkan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR. Ahmad dan Tirmidzi].
Alangkah banyak kemaksiatan yang tersulut akibat makan yang berlebihan dan menghalangi ketaatan manusia kepada Sang Khalik. Karenanya siapa yang mampu menjaga perutnya dari sifat serakah, maka ia benar-benar membuktikan bahwa dirinya mampu menjaga diri dari keburukan yang lebih fatal lagi.
Ibrahim bin Adham berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak makan berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat perutnya).”
4. Berlebihan dalam bergaul
Betapa tragis suatu pergaulan yang dapat merampas kenikmatan yang telah ada, karenanya timbul benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam sehingga menyesakkan rongga-rongga dada. Namun rasa itu sulit dihindari terutama oleh hati yang sudah terluka. Demikian juga berlebih-lebihan dalam pergaulan dapat mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat. Seyogyanya bagi seorang hamba dapat mengambil hikmah dari setiap pergaulan. usahakanlah untuk bersikap bijak dan dapat menempatkan diri dalam menghadapi berbagai karakter teman sepergaulan.
Dimana karakter-karakter tersebut ada empat golongan:
- Terhadap orang yang jika kita membutuhkan bergaul dengannya, laksana kebutuhan kita terhadap makanan, kita tidak dapat lepas darinya dalam sehari semalam. Mereka itu adalah Para Ulama yang memiliki cakrawala pengetahuan yang luas tentang ilmu Agama, mengetaui tipu daya setan dan segala macam bentuk penyakit hati.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya seperti kebutuhan kita akan obat, Kita mengharapkannya dikala kita sedang sakit saja, tetapi bila badan kembali sehat maka mereka tidak kita butuhkan lagi. mereka ini adalah dari orang yang kehadirannya kita nantikan berkaitan dengan masalah kemaslahatan hidup dan kehidupan, seperti untuk saling bekerjasama atau sebagai mitra kerja dalam berniaga, bertani, bermusyawarah dan masalah-masalah lain dalam hal muamalah.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya, tidak ubahnya seperti penyakit. Golongan ini terbagi menjadi beberapa jenis dan tingkatan, bergantung pada intesitasnya terhadap jiwa kita. Diantara mereka adalah yang bersifat individualis dan egoistis. Jika bergaul dengannya hendaklah kita waspada dan berlaku bijak dalam menghadapinya. Hal ini bukan berarti kita harus menghindar dan tidak mau bergaul dengannya, tetapi jagalah jangan sampai diri kita terbawa oleh pengaruh kepribadiannya, karena akan merugikan kita dalam hal agama dan dunia. oleh karena itu sebaiknya orang-orang yang masuk dalam tipe ini hendaklah dujauhi jika ingin selamat agama dan dunia kita.
- Terhadap orang yang bila kita bergaul dengannya akan membawa kefatalan, sebab ia laksana ular berbisa. Andaikan kita sampai terkena patuknya, kemudian kita berhasil menemukan penawarnya maka selamatlah kita, tetapi jika tidak, inilah bencana bagi kita. Golongan ini banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka adalah Ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan, menyimpang dari sunnah rasulullah saw. Mereka pandai membolak-balikkan fakta, sunnah mereka jadikan bid’ah dan bid’ah mereka jadikan sunnah. Bagi orang yang berakal tidak layak untuk bergaul ataupun duduk-duduk bersama mereka. Jika itu tetap dilakukan maka akan sakitlah hati bahkan bisa menyebabkan hatinya menjadi mati.
Kiat Menjadikan Hati Tetap Hidup
Ketahuilah, bahwa hati yang hidup (hati yang sehat) hanya akan diperoleh dengan ilmu dan ikhtiar (usaha). Adapun usaha tersebut yang bisa dilakukan untuk menjadikan hati tetap hidup adalah:
1. Dzikrullah dan Tilawatil Qur’an.Dengan senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman: “Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi tentram.”[QS. Ar-Ra'du:28].
Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim berkata: ”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya.”
Dan Imam Hasan Al-Bashri berkata:”Lunakkanlah hatimu itu dengan berdzikir”.Kendatipun dzikrullah adalah salah satu bentuk ibadah yang termudah dan ringan, akan tetapi pahala dan keutamaan yang didapatkan melebihi amalan-amalan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ”Sesungguhnya mengingat-ingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadat yang lain).”[Qs. Al-Ankabut:45].
Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari semua penyakit kegundahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”[QS. Yunus:57].
2. Beristighfar
Hakikat istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan batasan maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan. Firman-Nya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS. An-Nisa’:110].
Hendaklah seseorang itu memperbanyak istighfar kepada-Nya dimanapun berada, sebab seseorang itu tidak tahu dimana tempat maghfirah Tuhannya turun. sebagaimana rasulullah saw bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku selalu mohon ampunan kepada Allah sehari semalam lebih dari tuju puluh kali.” [HR. Bukhari].
‘Aisyah � berkata: “Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat istighfar yang banyak.” Qatadah berkata:”Sesunggunhya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”
3. Do’aAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu. “[QS. Al-mukmin:60].Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita agar berdo’a kepada-Nya dan Dia akan memenuhi permohonan hamba-Nya.
berkenaan dengan ini rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang Muslim pun berdo’a dengan do’a yang di dalamnya tidak berisi dosa dan pemutus tali silaturahmi melainkan Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: Allah akan menyegerakan permohonannya itu (diperoleh di dunia) atau Allah akan menyimpannya untuknya di akhirat kelak, atau Dia memalingkan darinya keburukan yang setimpal dengan do’anya itu.”[HR. Ahmad, hadits shahih].
Dalam ayat yang sama Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:” Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina.”[QS. Al-mukmin:60].
Orang-orang yang tidak mau berdo’a kepada-Nya maka mereka yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah termasuk orang yang sombong, dan mereka mendapatkan murka dari-Nya. sebagaimana rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang tidak mau meminta (memohon kepada Allah), maka Allah murka terhadap-Nya.” [HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah]
4. Bershalawat kepada Nabi saw
Allah Subhanahu wa Ta’ala bershalawat (menyebut dan memuji di hadapan para malaikat) sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya (sekali). Sebagaimana sabda beliau saw : ”Barang siapa yang bershalawat untukku satu kali. Maka Allah akan bershalawat sepuluh kali lipat.”[HR. Muslim].
Karena yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat gandakan sepuluh kalinya, dan bershalawat untuk Nabi saw termasuk kebaikan yang tinggi.
5. Qiyamullail
Jika seseorang tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh para Ulama Salaf berikut ini:
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam aku tak suka hidup di dunia ini.”
Ibnul Mukandir: ”Bagiku kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahmi dengan ikhwan dan shalat berjama’ah.”
Sumber :
1. Tazkiyatun Nufus oleh Dr. Ahmad Farid
2. Amraadlul Qulub wa Sifaauha oleh Ibnu Thaimiyah

Wednesday, May 05, 2010

Mencintai Allah Dan Rasul-Nya

Mencintai Allah Dan Rasul-Nya

Oleh: Rokhmat S. Labib
20/04/2005 hyataulislam.net
- Katakanlah, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31-32).
Sabab NuzulHasan bin Abi al-Hasan dan Ibnu al-Juraij menuturkan, ada beberapa kaum berkata kepada Nabi Saw, “Wahai Muhammad, sungguh kami mencintai Tuhan kami.” Kemudian turun ayat ini memerintahkan mereka untuk mengikuti Muhammad Saw sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah.*1)
Menurut Muhammad bin Ja’far bin az-Zubair, ayat ini turun terkait dengan delegasi Nasrani Najran. Mereka datang kepada Nabi Saw dan menyatakan bahwa klaim mereka tentang Isa adalah karena kecintaan mereka kepada Allah.*2)
Menurut sebagian lain, ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengaku mencintai dan dicintai Allah, seperti yang diberitakan Allah SWT: Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” (Qs. al-Mâ’idah [5]: 18).*3)
Tafsir Ayat
Al-Mahabbah (cinta) berarti kecenderungan jiwa pada sesuatu.*4) Cinta itu muncul pada diri manusia karena ia meyakini kesempurnaan sesuatu yang dia cintai. Kesempurnaan hakiki hanya milik Allah SWT dan semua kesempurnaan yang ada pada makhluk juga berasal dari Allah. Ketika seorang hamba meyakini hal itu, maka tiada rasa cinta pada dirinya kecuali kepada Allah dan karena Allah. Keyakinan itu akan menuntunnya untuk menaati-Nya dan senang melakukan apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya.*5) Karena itu, para ulama menafsirkan al-mahabbah li Allâh (cinta kepada Allah) sebagai kesediaan untuk menaati-Nya.*6)
Ungkapan ayat ini bersifat umum mencakup siapa saja yang mengaku cinta kepada Allah.*7)Siapa yang mengaku mencintai Allah harus membuktikannya dengan mengikuti Rasul-Nya, Muhammad Saw. Tugas beliau adalah menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh manusia. Melalui beliau, manusia dapat beribadah kepada Allah SWT secara benar, membedakan yang haq dan yang batil, yang diridhai dan yang dimurkai Allah, yang diperintahkan dan yang dilarang-Nya. Semua yang beliau sampaikan adalah wahyu (Qs. an-Najm [53]: 4-5). Jadi, menaati Rasulullah Saw pada hakikatnya adalah menaati Allah SWT (Qs. an-Nisâ’ [4]: 80).
Ayat ini menegaskan wajibnya seluruh manusia mengikuti agama yang beliau bawa, Islam. Beliau diutus mengemban risalah untuk seluruh manusia. Sejak beliau diutus, semua agama selain Islam dinyatakan tidak sah dan tidak boleh diikuti dan harus ditinggalkan. Umar ra. menuturkan, Rasulullah Saw pernah bersabda:
Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya Musa as. berada di tengah-tengah kalian, kamudian kalian mengikutinya dan meninggalkan aku, maka sungguh kalian telah tersesat. Sesungguhnya kalian adalah bagianku dari umat-umat (yang ada) dan aku adalah bagianmu dari nabi-nabi (yang ada). [HR. Ahmad].
Ibnu Katsir menjelaskan, “Ayat ini menegaskan, setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah, namun tidak berada di atas tharîqah (jalan atau sunnah) Mahammad Saw, sungguh dia telah berdusta dalam pengakuaannya itu, hingga dia mau mengikuti syariah dan agama Muhammad Saw dalam ucapan dan tindakannya.
”Siapa saja yang melakukan suatu amal di luar syariah kami, maka amalnya tertolak. [HR. Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah].*8)
Perintah untuk mengikuti Rasulullah Saw tersebut juga menjadi dalil wajibnya mengambil as-Sunnah sebagai sumber hukum. Selanjutnya Allah SWT berfirman: yuhbibkumullâh wa yaghfirlakum dzunûbakum (niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu). Frasa ini merupakan jawaban atas perintah sebelumnya, sekaligus menunjukkan keadilan dan kemurahan Allah SWT. Mereka yang dapat membuktikan cintanya kepada Allah, Allah akan membalas dengan mencintai mereka dan memberikan ampunan atas dosa-dosa mereka. Bagi orang yang berakal, janji itu sangat menggiurkan.
Mahabbatullah (kecintaan Allah) adalah ridha dan pujian Allah terhadap perbuatan mereka,*9) dan pemberian pahala kepada mereka.*10) Manusia juga amat membutuhkan ampunan Allah WT. Sebab, hanya nabi dan rasul saja yang bebas dari dosa dan kesalahan. Keridhaan, rahmat, pahala, dan ampunan dari Allah SWT akan mengantarkan seseorang ke surga yang penuh kenikmatan. Siapapun harus bersemangat dan sungguh-sungguh membuktikan cinta kepada Allah karena Wallâh Ghafûr Rahîm (Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).
Allah kembali menegaskan kewajiban taat kepada Allah dan Rasul Saw, Qul athî’ûllâh wa al-rasûl (Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul.”). Ini membantah anggapan bahwa yang wajib diikuti hanya al-Qur’an saja. Ayat ini hanya menyatakan perintah untuk taat tanpa menjelaskan apa yang harus ditaati. Artinya, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya itu bersifat umum, meliputi semua perintah dan larangan.*11)
Selanjutnya Allah SWT mengingatkan, Fa in tawallaw (jika kalian berpaling), yakni jika kalian menolak dan mengingkari kewajiban taat itu, fa inna Allâh lâ yuhibb al-kafirîn. Hal menunjukkan, tindakan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan kekufuran.*12) Mereka tidak dicintai Allah, tidak diridhai dan tidak diampuni dosa-dosanya.*13)Malah mereka layak mendapat celaan, laknat dan azab.*14)
Beberapa Faedah Dari Ayat Ini
Pertama,
cinta kepada Allah dan Rasul Saw adalah wajib; bukan sekadar cinta, namun kecintaan tertinggi. Allah dan Rasul Saw wajib dicintai melebihi segala yang ada, termasuk diri sendiri. Allah mengancam siapa saja yang lebih mencintai yang lain dibanding Allah. Rasul dan jihad di jalan-Nya. (Qs. at-Taubah [9]: 24).
Anas juga menuturkan, Rasulullah Saw pernah bersabda:
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia. [HR. Bukhari].
Abdullah bin Hisyam bercerita:Suatu ketika Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku sendiri.”
Nabi Saw berkata, “Tidak bisa. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.
”Umar berkata, “Sesungguhnya mulai saat ini, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Nabi Saw bersabda, “Sekarang (baru benar), wahai Umar.” [HR. Bukhari].
Kecintaan itu tampak nyata ketika terjadi benturan antara ketetapan Allah dan Rasul-Nya, yakni ketetapan syariat, dengan hawa nafsu, kepentingan pribadi, keluarga, kerabat, dan segenap manusia. Jika ia benar-benar meletakkan cinta kepada Allah dan Rasulullah Saw di atas segalanya, ia akan mengikuti ketetapan syariat.
Kedua,
kecintaan kepada Allah dan Rasul Saw itu harus dibuktikan dalam sikap dan perbuatan. Seorang hamba akan mencintai semua yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan membenci semua yang dibenci oleh keduanya. Sebaliknya, jika ia menyukai apa yang dibenci dan membenci apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, itu adalah bukti kedustaan klaim cintanya. Bukti cinta seorang hamba adalah menaati syariat Islam secara total. Atas dasar cinta itu, ketaatan akan terasa ringan dan menyenangkan.
Ketiga,
mengikuti Rasul Saw adalah wajib. Itulah satu bukti cinta kepada Allah. Orang yang melakukannya akan dicintai Allah dan mendapat ampunannya. Ini adalah qarînah (indikasi) yang menunjukkan perintah itu bersifat tegas.
Mengikuti Rasul adalah mengambil semua yang diperintahkannya dan menjauhi semua yang dilarangnya (Qs. al-Hasyr [59]: 7) serta meneladani beliau (Qs. al-Ahzab [33]: 21).
Keempat,
Allah SWT pasti membalas hamba yang benar-benar mencintai-Nya yang dia buktikan dengan menaati syariat-Nya yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Allah akan membalas dengan mencintai hamba-Nya itu dan memberikan ampunan atas dosa-dosanya.
Kiat mendapat kecintaan Allah adalah dengan menunaikan semua yang diwajibkan dan menjauhi semua yang diharamkan. Agar lebih utama, ditambah dengan senantiasa menunaikan yang sunnah, meninggalkan yang makruh, dan mempersedikit yang mubah.
Dalam hadis qudsi, Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah SWT berfirman:
Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada apa yang telah Aku wajibkan. Tak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintai-Nya maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar; menjadi matanya yang dengannya dia melihat; menjadi tangannya yang dengannya dia memegang; dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya; jika meminta perlindungan-Ku, niscaya Aku beri perlindungan. [HR. Bukhari].
Kelima,
kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah Saw itu hanya akan dimiliki oleh orang yang beriman. Memang begitulah, karena mereka telah benar-benar beriman, yakni membenarkan secara pasti, sesuai dengan fakta dan berdasarkan dalil. Allah SWT berfirman:
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (Qs. al-Baqarah [2]: 165).
Sudahkah kita termasuk di dalamnya? Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [majalah al-wa’ie, Edisi 56]
Catatan Kaki:
1. As-Suyuthi, al-Durr al-Mantsûr fî Tafsîr al-Ma’tsûr, ii/30, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 1997; ath-Thabari, Jamî’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân,iii, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut.1992
2. al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, ii/40, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut.1993
3. al-Khazin, Lubâ al-Ta’wîl fî Ma’ânî al-Tanzîl, i/238, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 1995; Abd al-Haq al-Andalusi, al-Muharrar al-Wajîz fî Tafsîr al-Kitâb al-‘Azîz, i/422, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 1993
4. asy-Syawkani, Fath al-Qadîr, i/333, Dar al-Fikr, Beirut. tt
5. al-Baydhawi, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, i/155-156, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 1993
6. asy-Syawkani, Fath al-Qadîr, 1/333
7. Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsîr al-Bahr al-Muhîth, ii/44
8, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 19938. Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîim, i/326, Dar al-Fikr, Beirut. 2000. Pernyataan yang dikemukakan oleh Burhanuddin al-Baqa’i, Nadzm al-Durar fî Tanâsub al-Ayât wa as-Suwar, ii/63, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 1995
9. al-Zamahsyari, al-Kasyâf, i/519, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut
10. Fakhruddin al-Razi, al-Tafsîr al-Kabîr Aw Mafâtîh al-Ghayb, iv/17, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut. 1990; Abu Ali al-Fadhl, Majmû’ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur’ân, i/347, Dar al-Ma’rifah, Beirut
11. Abu Thayyib al-Qinuji, Fath al-Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân, ii/219, Idarat Ihya’ al-Turats al-Islami, Qathar. 1989
12. al-Baydhawi, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl,1/156
13. Abu Thayyib al-Qinuji, Fath al-Bayân, v/154; al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâ al-Qur’ân, ii/40
14. Nizham ad-Din al-Naysaburi, Tafsî Ghârâ‘ib al-Qur’ân, ii/142, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut