Friday, July 14, 2006

CIRI-CIRI IBADURRAHMAN

Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkas tapi padat -insya Allah- sifat-sifat 'Ibaadurrahman (para hamba ar-Rahman), karakteristik, ciri-ciri mereka serta pahala besar yang Allah siapkan buat mereka di sisi-Nya agar orang yang ingin menjadi salah satu dari 'Ibaadurrahman dapat memilikinya, meraih kehormatan beribadah dan menisbatkan diri kepada-Nya serta menggapai persaksian. Adapun ayat yang mengoleksi semua sifat 'Ibaadurrahman itu termuat dalam ayat 63 hingga 76, surat Al-Furqan. Dalam ayat-ayat tersebut, disebutkan sifat-sifat 'Ibaadurrahman sebagai berikut:

1. Tawadhu' (Rendah Hati)
.
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, "(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati" [63] Inilah sifat pertama 'Ibaadurrahman, yaitu mereka berjalan di atas bumi dengan sangat enteng dan ringan, tidak dibuat-buat, tidak sombong atau pun melengos. Mereka tidak berjalan dengan sangat cepat yang menunjuk-kan sikap suka mengentengkan dan kasar, juga tidak berjalan dengan sangat pelan yang menunjukkan sifat malas dan kumal. Tetapi mereka berjalan dengan ringan, penuh dengan semangat, tekad, kelelakian dan jiwa muda. Mereka mengetahui betul wasiat Luqman kepada anaknya sebagaimana diinformasikan Rabbnya, artinya, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan." (QS.Luqman:19). Maksudnya adalah sedang-sedang saja dalam semua urusan, tidak berlebihan atau keterlaluan sekali. 'Ibaadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rizki dan tuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam batasan-batasan yang diperkenankan Allah subhanahu wata'ala kepada mereka, tidak rakus, tamak, menyia-nyiakan kewajiban, melakukan hal-hal yang diharamkan atau pun berbuat mubadzir. Tidak muncul dari mereka sikap keras, melecehkan, sombong, berbangga-bangga dan berbesar diri. Mereka tidak berbuat kerusakan di muka bumi, mencari ketinggian, lebih mendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanya untuk mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi. Mereka juga rendah hati terhadap Allah subhanahu wata'ala, lembut dan ringan, tidak angkuh dan sombong. Mereka mendengar firman Allah subhanahu wata'ala, artinya, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."
.
2. Lemah Lembut
.
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." [63] Ini merupakan sifat ke dua 'Ibaadurrahman, yaitu bila orang-orang jahil mengucapkan ucapan yang buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama tetapi mema'afkan, tidak berkata kecuali yang baik, mereka tidak terpancing oleh kejahilan orang tersebut, tetapi menahan lisan dan emosi mereka. Mereka memangkas jalan fitnah dan keburukan yang ingin dilakukan orang-orang jahil itu, memadamkan 'kobaran' kejahatan pertama yang andaikata dibalas dengan tindakan yang sama, pastilah apinya akan semakin menyala sehingga bisa menimbulkan perang besar dan kejahatan bergentayangan. Menurut mereka, kepah-lawanan bukanlah ditampakkan dengan postur badan yang kuat, berotot, dan mampu menang dalam pertarungan, tetapi kepahlawanan yang hakiki adalah menahan diri ketika marah. Yang menjadi panutan mereka dalam hal ini adalah Nabi mereka, Muhammad shallallahu 'alihi wasallam yang merupakan manusia paling lemah lembut. Salah satu contohnya, "Ketika ada seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alihi wasallamdan berkata kasar, lalu kaum Muslimin marah dan ingin memberinya pelajaran, namun hal itu dicegah oleh beliau. Beliau membalas sikap kasar itu dengan kasih sayang dan lemah lembut." (Hadits Muttafaqun 'alaih)
.
3. Melakukan Qiyamullail
.
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka." [64] Allah subhanahu wata'ala menyebut para hamba-Nya sebagai orang yang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saat orang-orang sedang terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah, sibuk menyong-song Rabb mereka, menggantungkan jiwa dan anggota badan mereka kepada-Nya. Saat orang-orang terlena dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka justeru menginginkan 'Arsy ar-Rahman sebab mereka mengetahui bahwa ibadah di kegelapan malam dapat menjauhkan mereka dari sifat riya' dan minta dipuji. Ibadah di malam hari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi penglihatan mereka. Saat berdiri di hadapan Allah subhanahu wata'ala dan mengarahkan wajah mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelezatan dan kebahagiaan yang tiada tara serta kenikmatan yang tak terkira. Tiada lagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala, bermesra, dan melakukan kontak dengan-Nya. Melakukan Qiyamullail merupakan sifat asli 'Ibaadurrahman. Allah subhanahu wata'ala menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat dan menganjurkan para Nabi-Nya untuk melakukan hal itu. Rasulullah shallallahu 'alihi wasallam bersabda, "Hendak-lah kamu melakukan Qiyamullail sebab ia adalah tradisi orang-orang shalih sebelum kamu, bentuk pendekatan kepada Rabb kamu, penghenti dosa, penebus dosa-dosa kecil dan pengusir penyakit dari badan." (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi yang dinilai Hasan oleh Syaikh al-Albani)
.
4. Takut Api Neraka
.
Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal."[65] Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." [66] Sekalipun 'Ibaadurrahman sangat ta'at dan hati mereka dipenuhi dengan ketakwaan namun mereka selalu merasa amalan dan ibadah mereka masih kurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman dari api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan karunia dan rahmat-Nya yang dengannya mereka terhindar dari adzab Jahannam. Karena itu, mereka selalu terlihat takut, cemas dan khawatir dengan adzab Jahannam. Mereka selalu memohon kepada Allah agar Dia menghindarkan mereka dari adzab Jahannam seluruhnya, baik adzab yang dirasakan penghuni abadinya atau pun penghuni semen-taranya. Inilah sifat setiap Mukmin yang bersungguh-sungguh dalam berbuat ta'at dan takut akan adzab Allah subhanahu wata'ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain, "Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya. Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)." (QS. Al-Ma'arij: 27, 28)
.
5. Ekonomis Dalam Pengeluaran dan Tidak Boros
.
Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan orang-orang yang apabila membe-lanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." [67] 'Ibaadurrahman bukanlah orang-orang yang berbuat mubadzir, membelanjakan harta melewati batas keperluan sebab mereka mengetahui benar bahwa boros akan merusak jiwa dan harta. Orang-orang yang berbuat mubadzir adalah saudara-saudara syetan. Syetan selalu menyuruh berbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui bahwa mereka bertang-gung jawab di hadapan Allah subhanahu wata'ala terhadap harta mereka; dari mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakkan. Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluarga mereka, dalam arti teledor memberikan hak mereka dan tidak berinfaq untuk hal yang telah diwajibkan Allah subhanahu wata'ala, sebab mereka mengetahui bahwa Allah subhanahu wata'ala telah mencela kekikiran dan sifat bakhil. Jiwa nan suci menilai buruk sifat bakhil dan menghindari pelakunya. Metode berinfaq 'Ibaadurrahman adalah moderat dan menengah, antara bakhil dan boros. Mereka berada di puncak pertengahan antara boros dan bakhil. Mereka meletakkan ayat Allah subhanahu wata'ala berikut di hadapan mata mereka, artinya, "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra':29) Yakni janganlah kamu bakhil, sehingga tidak mau memberi sesuatu kepada siapa pun dan janganlah pula boros dalam mengeluarkan harta, sehingga memberi di atas kemampuanmu dan mengeluarkannya melebihi pendapatanmu
.
6. Ikhlash Beribadah
.
Karena Allah subhanahu wata'alaSebagaimana firman-Nya, "Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lainbeserta Allah." [68]Di antara sifat 'Ibaadurrahman, mereka tidak menyembah ilah yang lainbeserta Allah subhanahu wata'ala, sebab mereka mengimani bahwa hanya Allahsubhanahu wata'ala semata yang dapat memberikan manfa'at dan menolakmudharat. Tidak seorang pun di dunia ini, baik ia seorang raja yangdisanjung, nabi yang diutus atau pun hamba yang shalih yang mampu memberikanmanfa'at untuk dirinya atau pun menolak mudha-rat darinya, apalagi untukmembantu orang lain. Karena itu, mereka tidak pernah menyekutukan sesuatupun beserta Allah, baik dalam berdo'a atau bentuk-bentuk ibadah lainnya.Mereka mengetahui benar, bahwa tiada Khaliq, tiada Pemberi rizki, tiada yangdapat menghidupkan dan mematikan, tiada yang dapat menyembuhkan, dan tiadayang dapat mengelola alam semesta ini selain Allah subhanahu wata'ala.Mereka mengetahui benar bahwa andaikata seluruh manusia dan jin bergabunguntuk memberikan manfa'at kepada seseorang, maka mereka tidak dapatmelakukannya kecuali sesuatu yang telah dicatatkan Allah subhanahu wata'alauntuknya dan andaikata mereka bergabung untuk menimpakan bahaya kepadaseseorang, maka mereka tidak dapat melakukannya kecuali sesuatu yang telahdicatatkan Allah subhanahu wata'ala terhadapnya.
.
7. Tidak Melakukan Pembunuhan
.
Sebagaimana firman-Nya, "Dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar.[68]"Sifat ke tujuh 'Ibaadurrahman adalah mereka tidak membunuh jiwa yangdiharamkan Allah untuk membunuhnya sekali pun ada dorongan untuk itu kecualidengan alasan yang benar, yang diperintahkan Allah subhanahu wata'ala ataudiizinkan-Nya seperti hukuman Hadd, Qishash atau perang untuk meninggikankalimat Allah. Sebab mereka mengetahui bahwa membunuh jiwa tanpa alasan yangbenar merupakan salah satu dosa besar yang pelakunya mendapatkan ancamandari Allah subhanahu wata'ala dengan siksaan yang sangat pedih.Dia berfirman, artinya, "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengansengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnnya dan Allahmurka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya."(QS. An-Nisa': 93)Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan ultimatum terhadap pembunuhanjiwa seorang mukmin dengan sengaja saat bersabda, "Setiap dosa, semoga sajadiampuni Allah kecuali orang yang mati dalam keadaan Musyrik atau membunuhseorang Mukmin dengan sengaja." (HR. Abu Daud, dinilai Shahih oleh Syaikhal-Albani).Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sungguh, lenyapnya dunialebih ringan di sisi Allah daripada dibunuhnya seorang Mukmin dengan tanpahaq (alasan yang tidak benar)." (HR.Ibnu Majah, dinilai Shahih oleh Syaikhal-Albani)
.
8. Menjauhi Perbuatan Zina
.
Sebagaimana firman-Nya, "Dan tidak berzina [68]"Di antara sifat 'Ibaadurrahman adalah tidak melakukan zina dan selalumenjaga kemaluan mereka dari setiap perbuatan yang mengundang murka Rabbsebab mereka mengetahui benar bahwa zina merupakan dosa yang besar.'Ibaadurrahman telah memenuhi panggilan Rabb mereka yang berbunyi, "Danjanganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatanyang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra': 32)Mereka pun tunduk dengan hal itu, yaitu berhenti melakukan perbuatan yangdilarang tersebut. Mereka adalah seperti yang disebutkan sifatnya oleh Allahsubhanahu wata'ala, "Dan orang-orang yang menja-ga kemaluannya. Kecualiterhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; makasesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orag-orang yang melampaui batas." (QS.al-Muminun: 5-7)Bila mereka melakukan salah satu dari tiga perbuatan maksiat ini (syirik,membunuh atau berzina), karena kelemahan mereka sebagai manusia, merekasegera kembali kepada Rabb mereka dengan penuh rasa penyesalan, meninggalkanperbuatan-perbuatan maksiat itu dan melakukan amal shalih yang diridhaiAllah subhanahu wata'ala. (QS. Al-Furqan: 68-70).
.
9. Menjauhi Persaksian Palsu
.
Sebagaimana dalam firman-Nya, "Dan orang-orang yang tidak memberikanpersaksian palsu. [72]"Sesungguhnya 'Ibaadurrahman tidak memberikan persaksian palsu sebab tindakanitu menghilangkan hak-hak, membantu perbuatan zhalim dan mengubah arahkebenaran. Mereka juga selalu menghindar dari suatu majlis yang terindikasikepalsuan dengan segala jenis dan warnanya sebab mereka merasa tinggi hatisehingga tidak mungkin menghadiri majlis-majlis seperti itu.Mereka menyadari betul bahwa persaksian palsu merupakan jenis dusta yangserius, amat buruk dan berakibat fatal. Sangat besar bahayanya bagi seluruhmasyarakat karena perbuatan itu menjungkirbalikkan fakta dan membantukezhaliman.Karena itulah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperingatkan darinyaberulang kali serta menilainya sebagai salah satu dosa besar. Beliaubersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kamu mengenai dosa yang palingbesar?" (beliau mengulang tiga kali). Kami berkata, "Tentu, wahai Rasulullah" Beliau bersabda, "Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orangtua."Beliau ketika itu bertelekan lalu duduk seraya bersabda lagi, "Jauhilahperkataan palsu dan persaksian palsu." Beliau terus mengulang-ulangnyahingga kami sampai berkata, "Semoga saja beliau diam." (Muttafaqun 'alaih).
.
10. Berpaling dari Mengerjakan Perbuatan-Perbuatan yang Tidak Berfaedah
.
Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan apabila mereka bertemu dengan(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya." [72]Sifat 'Ibaadurrahman lainnya adalah tidak mau berlama-lama berdiri denganucapan dan perbuatan yang tidak berfaedah, tidak menyibukkan diri danmengotorinya dengan mendengarkan hal itu. Mereka justru memuliakannya dengancara tidak mendengar, melihat, dan ikut serta dalam hal itu.Mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan kegiatan yang sia-sia dan tidakbermanfa'at. Mereka sangat memperhatikan usia dan waktu, sehingga merekamerasa bersalah jika waktu itu hilang secara percuma tanpa dimanfa'atkanuntuk mendapatkan pahala di sisi Rabb.
.
11. Memenuhi Perintah Allah subhanahu wata'ala
.
Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan orang-orang yang apabila diberiperingatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapi nyasebagai orang-orang yang tuli dan buta." [73]Bila diperingatkan dan diberi wejangan, mereka cepat sekali meresponsnya danmengambil pelajaran. Hati mereka sangat terbuka terhadap ayat-ayat Allahsubhanahu wata'ala, menerimanya dengan pemahaman dan menjadikan-nya sebagaipelajaran. Bila datang kepada mereka perintah Allah dan Rasul-Nya, merekacepat-cepat melak-sanakannya dan menyatakan ketunduk-an dengan bersimpuhsujud kepada Allah subhanahu wata'ala seraya berdzikir, bertasbih memuji-Nyadan tidak menyombong-kan diri. (QS. As-Sajdah: 15-16)Mereka tidaklah seperti orang yang bila diperingatkan dengan ayat-ayat Allahlantas berpaling dan tidak memberikan perhatian, mendengarkan dan melihatnyauntuk kepentingan dirinya. Bahkan justeru menyibukkan dirinya tersebutdengan urusan-urusan duniawi, kenikmatan dan hawa nafsu. Golongan sepertiini, Allah subhanahu wata'ala sebutkan sifatnya dalam firman-Nya, artinya,"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkandengan ayat-ayat dari Rabbnya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakanapa yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Sesungguhnya Kami telah meletakkantutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kamiletakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyerumereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjukselama-lamanya." (QS. Al-Kahfi: 57)12. Mendo'akan Kebaikan bagi Keluarga dan KeturunanSebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabbkami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kamisebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orangyang bertaqwa." [74]'Ibaadurrahman tidak merasa cukup hanya dengan diam seraya bersujud danmelakukan qiyamullail serta memiliki semua sifat-sifat terdahulu. Merekabahkan selalu memohon kepada Rabb agar dianugerahi keturunan yang berjalansesuai dengan cara hidup mereka, memiliki pasangan setaraf mereka, sehinggamembuat mata mereka sejuk, hati mereka me-rasa tenang dan jumlah Ibaadurrahman bertambah. Mereka juga mengharapkan Rabb menganugerahkan takwakepada mereka dan menjadikan mereka para pemimpin yang dipanuti dalamberbuat kebajikan.Mereka memohon kepada Rabb sesuatu yang paling berkesan di dalam kehidupandi dunia ini yaitu isteri dan keturunan serta memohon tingkatan keimananpaling tinggi yang dapat mempersiapkan mereka meraih bilik-bilik nan tinggidi surga yang penuh kenikmatan, yaitu tingkatan 'takwa.
.
Balasan Bagi 'Ibaadurrahman
.
Rabb menutup ayat-ayat yang menghitung sifat-sifat 'Ibaadurrahman denganpenjelasan sebagian balasan buat mereka. Firman Allah subhanahu wata'ala,artinya,"Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga)karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapanselamat di dalamnya." [75] "Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baiktempat menetap dan tempat kediaman."[76]Di bilik-bilik surga itu mereka duduk, di atas permadani-permadani itumereka bersandar, di bawah naungannya itu, mereka berjalan dan di dalamnyamereka mendapatkan kenikmatan. Itu semua sebagai balasan atas kesabaranmereka dalam menghadapi hawa nafsu, godaan-godaan dunia dandorongan-dorongan nista serta kesabaran mereka dalam melakukan perbuatan taat dan meninggalkan kemungkaran.
.
Saudaraku! Sebagai penutup, pintu 'pendaftaran' sebagai 'Ibaadurrahmanterbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi salah satu dari mereka danbekerja untuk merealisasikannya.

Wednesday, July 12, 2006

Wudhu Batin

.
.
Tersebutlah seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf. Ia terkenalwara', tangguh dalam ibadah dan sangat khusyuk shalatnya. Namun diaselalu khawatir kalau ibadahnya tidak diterima Allah.Suatu hari Isam menghadiri pengajian seorang sufi terkenal bernamaHatim Al Asham. Isam bertanya, Wahai Aba Abdurrahman (panggilanHatim), bagaimanakah cara Anda shalat?Apabila masuk waktu shalat, saya berwudhu secara lahir dan batin,"jawab Hatim. Bagaimana wudhu batin itu? tanya Isam kembali.
.
Wudhu lahir adalah membasuh semua anggota wudhu dengan air.
.
Sedangkanwudhu batin adalah membasuh anggota badan dengan tujuh perkara. Yaitu,dengan tobat, menyesali dosa, membersihkan diri dari cinta dunia,tidak mencari dan mengharapkan pujian dari manusia, meninggalkan sifatbermegah-megahan, menjauhi khianat dan menipu, serta meninggalkandengki,papar Hatim.Ia melanjutkan, Setelah itu aku pergi ke masjid, kuhadapkan muka danhatiku ke arah kiblat. Aku berdiri dengan penuh rasa malu. Akubayangkan Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka disebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Aku bayangkan pulaseolah-olah aku berdiri di atas titian Shirathal Mustaqiim dan akumenganggap shalatku ini adalah shalat terakhir bagiku. Kemudian akuberniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan doa dalam shalatberusaha aku pahami maknanya. Aku pun rukuk dan sujud denganmengecilkan diri sekecil-kecilnya di hadapan Allah. Aku bertasyahud(tahiyyat) dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam denganikhlas. Seperti itulah shalat yang aku lakukan dalam 30 tahunterakhir.
.
Mendengar paparan tersebut, Isam bin Yusuf tertunduk lesu dan menangistersedu-sedu membayangkan ibadahnya yang tak seberapa biladibandingkan Hatim Al Asham.
.
Wudhu dan penghapusan dosa
.
Jangan sepelekan wudhu. Inilah pesan tersirat yang disampaikan HatimAl Asham. Mengapa? Shalat dan wudhu adalah satu kesatuan, bagaikan duasisi mata uang. Tidak akan berkualitas shalat seseorang bila wudhunyatidak berkualitas. Pun tidak akan diterima shalat bila tidak diawaliwudhu. Melalaikan wudhu sama artinya dengan melalaikan shalat. Wudhuadalah prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk mensucikan diri agarmampu melakukan komunikasi Dzat Yang Mahasuci.Karena itu, menyempurnakan wudhu adalah sebuah keutamaan sekaliguskeharusan. Saat seseorang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya danmengerjakan shalat dua rakaat, di mana ia tidak berbicara dengandirinya dalam berwudhu dan shalatnya tentang hal duniawi, niscayakeluarlah ia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan olehibunya. Demikian sabda Rasulullah SAW dari Utsman bin Affan (HRBukhari Muslim).
.
Kata "membaguskan wudhu" dalam hadis ini jangan sekadar dipahamimembasuh anggota-anggota badan tertentu secara merata. Namun ada yanglebih penting, yaitu membasuh, membersihkan dan mensucikan organ-organbatin dari keburukan dan dosa sambil terus berzikir kepada Allah.Inilah yang dikatakan wudhu batiniah. Wudhu yang akan membuat shalatkita ada ruh-nya.Tampaknya hadis ini memiliki korelasi kuat dengan hadis yangdisampaikan Utsman bin Affan lainnya.
.
Rasulullah SAW bersabda, Bilaseorang Muslim berwudhu, ketika membasuh muka, maka keluar dariwajahnya dosa-dosa yang pernah dilakukan matanya bersama tetesan airyang terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya, maka keluarlah setiapdosa yang pernah dilakukan tangannya bersama tetesan air yangterakhir. Ketika membasuh kakinya, maka keluarlah dosa yang dijalanioleh kakinya bersama tetesan air yang terakhir, sampai ia bersih darisemua dosa. (HR Muslim).
.
Pengampunan dosa ini akan sulit terwujud dalam wudhu, andai hati lalaidari mengingat Allah. Rasulullah SAW menegaskan, Barangsiapa mengingatAllah ketika wudhu, niscaya Allah sucikan tubuhnya secara keseluruhan.Dan barangsiapa tidak mengingat Allah, niscaya tidak disucikan olehAllah dari tubuhnya selain yang terkena air saja. (HR Abdul RazaqFiljam Ishaghir).
.
Sebenarnya, kata kunci untuk mensinkronkan wudhu lahir dan wudhu batinadalah kesadaran atau niat yang tulus. Kita sadar apa yang sedang kitalakukan. Sadar bahwa wudhu adalah prosesi pembersihan diri. Sadarbahwa wudhu adalah sarana untuk taqarrub ilallah. Sadar bahwa setiapbasuhan air wudhu akan menggugurkan dosa-dosa. Intinya kita sadar akanhakikat dan keutamaan wudhu serta memahami tatacaranya seperti yangdicontohkan Rasulullah SAW.Adanya kesadaran akan melahirkan ketersambungan hati dengan Allah SWT.Saat berkumur-kumur misalnya, sadari dan niatkan bahwa air yang masukke mulut bukan sekadar membersihkan kotoran lahir, tapi juga dosa-dosayang pernah terucap lewat lisan. Demikian pula saat mencuci telapaktangan, membersihkan lubang hidung, membasuh muka, membasuh tangansampai siku, dsb. Niatkan sebagai sarana pembersihan dosa yang adapada bagian-bagian tubuh tersebut.Wudhu sebelum tidurAktivitas wudhu, sebetulnya tidak terbatas hanya ketika akan shalat.Setiap saat memiliki wudhu adalah sebuah keutamaan. Sebab denganselalu menjaga wudhu, seseorang akan lebih terjaga perilaku sertakesehatan fisik dan jiwanya. Salah satunya menjelang tidur. Dari AlBara' bin 'Azid, Rasulullah SAW bersabda, Kapan pun engkau hendaktidur berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana engkau hendakmengerjakan shalat, berbaringlah dengan menghadap ke arah kanan danberdoalah (HR Bukhari).
.
Hikmahnya, mengawali tidur dengan wudhu danberzikir akan membuat tidur kita bernilai ibadah dan dicatat sebagaiaktivitas dzikir.Seorang ahli kesehatan mengungkapkan, bila sebelum tidur kita berwudhudan meminum sepertiga gelas air putih, maka akan terjadi prosesgrounding dan netralisasi muatan negatif dalam tubuh. Hasilnya kitaakan tidur tenang dalam pelukan cinta dan rahmat Allah. Bila kitaberzikir dan memuji Allah sebelum tidur, maka memori kita yangterdalam akan merekam dengan baik ikrar cinta kita kepada Allah SWT.Wudhu menjelang tidur, akan mendekatkan seseorang kepada surga. Rasulpernah memvonis seseorang sebagai ahli surga. Para sahabat penasaran.Apa gerangan yang membuat orang tersebut dimuliakan sedemikian rupa.Setelah diselidiki, ternyata sebelum tidur ia selalu berwudhu. Iabersihkan anggota badannya dari najis. Dan sebelum mata terpejam, iabersihkan hatinya dari iri, dengki, dendam, serta kebencian. Ialupakan pula keburukan orang lain kepadanya, sehingga hatinyabenar-benar lapang.Demikianlah, bagi seorang Mukmin, wudhu adalah pembersih di dunia danperhiasan indah pada Hari Kiamat (HR Muslim)