Thursday, March 31, 2005

Laporan Keuangan Maret 2005

MASJID AL IKHLAS - RW 07
(http://www.masjidalikhlas.blogspot.com)
No:009/LAP/BEND/IV/2005

LAPORAN KEUANGAN BULAN MARET 2005

A. Saldo Awal tanggal 1 Maret 2005....................Rp22.000.600,-
B. Penerimaan selama bulan Maret 2005.................Rp6.204.100,-
Tromol Jum’at
Tromol Jum’at tanggal 4 Maret 2005..........Rp 93.300,-
Tromol Jum’at tanggal 11 Maret 2005.........Rp 304.800,-
Tromol Jum’at tanggal 18 Maret 2005.........Rp 127.500,-
Tromol Jum’at tanggal 25 Maret 2005.........Rp 351.000,-
Infaq & Shodaqoh
Infaq (Kursi+Tenda) dari Habib A Alwi S.....Rp 150.000,-
Shodaqoh Bpk.Drs.Soyoto RW 03...............Rp 50.000,-
Infaq Kursi dari Hamba Allah................Rp 25.000,-
Penggabungan Dana Kas dari Pengajian IRMAS
Sisa dana per 8 Maret 2005..................Rp 3.057.500,-
Kartu Donatur
Donatur RT 001/07 (3 warga) Rp 280.000,-
Donatur RT 003/07 (4 warga) Rp 475.000,-
Donatur RT 004/07 (8 warga) Rp 190.000,-
Donatur RT 005/07 (9 warga) Rp 420.000,-
Donatur RT 008/07 (4 warga) Rp 225.000,-
Donatur RT 009/07 (1 warga) Rp 10.000,-
Donatur RT 010/07 (2 warga) Rp 70.000,-
Donatur RT 012/07 (8 warga) (bulan ke 2) Rp 205.000,-
Donatur RT 012/07 (9 warga) Rp 220.000,-

C. Pengeluaran selama bulan Maret 2005.............Rp 931.500,-
Biaya Kegiatan Jum’at
Kegiatan Jum’at tanggal 4 Maret 2005 Rp 110.000,-
Kegiatan Jum’at tanggal 11 Maret 2005 Rp 110.000,-
Kegiatan Jum’at tanggal 18 Maret 2005 Rp 112.500,-
Kegiatan Jum’at tanggal 25 Maret 2005 Rp 115.000,-
Biaya Pengajian Remaja IRMAS
1 kali Pengajian Irmas Rp 50.000,-
2 kali Pengajian Irmas Rp 210.000,-
1 kali Pengajian Irmas Rp 110.000,-
Biaya Urusan Rumah Tangga Masjid
Beli Aqua 4 Aqua Galon+kopi+batterai jam.............Rp 34.000,-
Beli 4 kran + 1 selotip..............................Rp 30.000,-
Biaya untuk pelaksanaan Kartu Donatur................Rp 10.000,-
Biaya Pengelolaan Kebersihan.........................Rp 100.000,-

D. Saldo Akhir tanggal 31 Maret 2005..................Rp 27.263.200,-

Ciledug, 6 April 2005

Mengetahui,




H.Syamsi Yuwono............................... H.Rosihan Effendy
Ketua Masjid........................................ Bendahara I


Catatan : Saldo tersebut sudah termasuk Dana 172 Kupon Perbaikan Masjid sebesar Rp 8.600.000,-

Tembusan:
1. Ketua RW 07 2. Para Donatur 3. Arsip Sekretariat Masjid
4. Ketua RT 001 s/d RT 012 - untuk diinformasikan ke Warga yang beragama Islam

Wednesday, March 30, 2005

Bulletin No: 10

Bulletin Jum’at
AL IKHLAS

Nomor: 010/III/2005 22 Safar 1426 H


MAKNA LAA ILAHA ILLALLAH


Seorang muslim yang hidup di bawah naungan ajaran Tauhid wajib memahami "pengertian Laa ilaha illa-Llah" sepenuhnya. Dengan mengamalkan pengertian Laa ilaha illa-Llah akan mencegah dan menjauhkan dirinya dari kemusyrikan baik yang nampak maupun tersembunyi.
Islam didasari dengan kalimat terbaik "Laa ilaha illallah" - Tiada yang wajib diabdi atau disembah selain hanya Allah. Kalimat ini mengandung pengertian yang sangat luas meliputi:


1. Tiada Pencipta selain Allah

Segala sesuatu selain Allah hanyalah makhluk. Termasuk hasil kreasi manusia. Karena Allah menciptakan manusia dan apa yang diperbuatnya (37: 96) dan Dia tidak ditanya tentang perbuatannya itu. (21: 23) Allah senantiasa menambah pada ciptaan-ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya (35: 1) dan Dia menciptakan banyak hal yang belum ada sebelumnya (16: 11).
Dengan aqidah ini seorang muslim tidak akan menundukkan dirinya kepada selain Allah dan jiwanya hanya didominasi oleh Allah.

2. Tiada Pemberi Rizki selain Allah

Allah menciptakan sekaligus memberi jaminan perawatan dan pemeliharaan kepada seluruh ciptaan-Nya (51: 57-58). Jangankan manusia, semut pun Allah jamin rizkinya (11: 6). Karenanya seorang muslim wajib meyakini bahwa Laa ilaha illa-llah berma'na Tiada yang memberi rizki selain Allah. Muslim tidak melihat bahwa suatu pekerjaan sebagai sebab datangnya rizki, tetapi merupakan wasilah (sarana) saja. Sebagai manusia, dia wajib berusaha untuk memperoleh rizki yang Allah berikan, karena Allah menilai dan menentukan derajat setiap manusia sesuai dengan apa yang dikerjakannya (46: 19). Dalam berusaha bekerja keras itu dia tidak pernah bertumpu pada pekerjaannya tetapi hanya bertumpu kepada Allah. (28: 77)

3. Tiada Pemilik selain Allah

Karena Allah adalah Pencipta dan penjamin segala sesuatu, maka Dia adalah pemiliknya. Allah adalah pemilik mutlak, bukan pemilik sementara. Dalam hal ini Dia memiliki segala sesuatu sendirian saja (4: 131-132, 2: 284). Tauhid meyakinkan muslim "Tiada pemilik mutlak selain hanya Allah". Dengan keyakinan ini dia tidak akan pernah merasa keberatan terhadap aturan dan hukum Allah karena semua yang Allah tentukan dan atur itu berlaku terhadap milik-Nya. Di samping itu, muslim akan kuat apabila ditimpa mushibah dan tidak pernah menjadi sombong ketika mendapatkan sesuatu. (57: 22). Ungkapannya dalam menerima mushibah hanyalah "istirja" (2: 156)
Maka muslim pun tidak akan segan untuk memberikan sebagian atau bahkan seluruh hartanya apabila dikehendaki oleh jalan Allah. Dia sedikit pun tidak merasa takut kekurangan atau kehilangan apa yang dimilikinya karena menyadari bahwa apa yang ada pada sisinya akan lenyap sedangkan apa yang di sisi Allah adalah kekal belaka (16: 96)

4. Tiada Raja / Tiada kerajaan selain untuk Allah

Sang Pencipta, Pemberi rizki dan Pemilik tentu saja berstatus sebagai Raja (Penguasa) di alam semesta. Seluruh alam raya adalah kerajaan-Nya (36: 83, 67: 1, 3: 189). Allah adalah Raja Yang Maha Suci dari segala kesalahan dan memerintah di alam semesta dengan Perkasa dan Bijaksana (62: 1). Karena itulah Allah menurunkan bimbingan universal yang berlaku untuk seluruh manusia di permukaan bumi sehingga hari kiamat nanti (7: 158)
Konsekuensinya, setiap muslim tidak diperkenankan mengakui Raja lain selain Allah. Karena setiap perampasan terhadap hak kerajaan Allah adalah kemusyrikan. Muslim adalah hamba dari Raja alam semesta dan bekerja untuk menegakkan kerajaan Allah dalam diri dan masyarakatnya. Seorang muslim wajib menolak kekuasaan siapa pun yang menyimpang dari kerajaan Allah ini. Dia juga tidak mengakui pembatasan dan pengkotak-kotakan bumi yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Dia merasa sebagai warga alam semesta kendati hidup di dalam satu bagian dari bumi dari kerajaan Allah yang sangat luas.

5. Tiada Yang Dicintai selain Allah

Seorang yang hidup dalam hidayah Allah berarti dicintai Allah, karena Allah hanya memberi petunjuk kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Dengan demikian dia pun wajib mencintai Allah (5: 54) dan mensifati diri dengan hal-hal yang dicintai Allah. Kecintaan kepada Allah harus merupakan kecintaan yang teramat sangat dan terjauh dari syirik cinta, yaitu mencintai sesuatu selain Allah sama dengan mencintai Allah atau lebih dari mencintai Allah (2: 165). Muslim meyakini "Tiada yang wajib dicintai dengan sesungguhnya selain Allah"
Mencintai apa pun selain Allah pada hakikatnya tidak dibenarkan kecuali apabila karena Allah semata. Karena itu, seorang muslim hanya mencintai apa dan siapa yang dicintai Allah. Jadi kecintaan tersebut harus dengan idzin Allah. Kecintaannya kepada sesuatu tidak akan menyamai kecintaan kepada Allah apalagi melebihinya. Allah ditempatkan dalam derajat "Fauqo kulli hubbin" (di atas segala kecintaan) yang puncak kecintaannya adalah ibadah.

6. Tiada yang Ditakuti selain Allah:

Takut pada sesuatu pada dasarnya merupakan fitrah yang Allah berikan kepada manusia. Takut dapat disebabkan karena merasa bersalah (28: 18) ataupun merasa lemah terhadap sesuatu yang dianggap mengancam dirinya. Tetapi manakala takut tersebut telah berlebihan, ia dapat menjadi syirik. Takut kepada singa yang akan menerkam adalah fitrah tetapi takut kepada seorang penguasa yang membuat seseorang menjilat penguasa tersebut merupakan takut yang melanggar tauhid. Jadi takut yang dimaksud adalah takut yang menimbulkan ketaatan hanyalah ditujukan untuk Allah (9:13). Itulah ma'na Tiada yang Ditakuti selain Allah.
Kecintaan muslim kepada Allah menjadi landasan dari rasa takutnya yang bersangatan terhadap Allah (2: 40). Takut disini bukan takut yang menjadikannya lari tetapi justru takut yang menjadikan dirinya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah (9: 18). Dia takut kehilangan cinta dan kasih sayang ALlah sekaligus takut dengan kemurkaan Allah. Dia takut pada kebesaran Allah (79: 40,23:57), hari kiamat/pembalasan (76: 10), dan neraka jahannam (25: 65-66). Seorang muslim tidak merasa takut dengan menegakkan keyakinan tauhidullah ini. Bagaimana akan takut sementara orang-orang kafir pun tidak takut mempersyarikatkan Allah dengan sesuatu (6: 82)

7. Tiada Yang Diharapkan selain Allah

Cinta dan takut kepada Allah tidak akan bernilai bila tidak mengharapkan sesuatu dari Allah. Allah adalah tumpuan segala harapan, dan tidak boleh mengharap dengan sesungguhnya selain kepada Allah. (18: 110). Haraopan kepada manusia merupakan harapan yang semu, karena tidak ada yang sempurna kecuali Allah. Setiap muslim wajib mengharap kepada Allah manakala ia telah melakukan suatu pekerjaan, kemudian melakukan pekerjaan lain dengan sungguh-sungguh. (94:8). Dan jika dia menginginkan sesuatu wajib memohon kepada Allah dengan harapan dikabulkan oleh-Nya (40: 60). Allah senantiasa memberi kepada siapa saja yang mengharap kepada-Nya. (2:186)

Harapan tertinggi seorang muslim adalah ridho Allah. Keredhaan ini berwujud lepasnya diri dari azab neraka jahannam dan masuk ke dalam syurga. Jalannya diperoleh dengan iman dan amal sholeh sampai mencapai syahid fi sabilillah atau hidup istiqomah dengan memperoleh husnul khotimah tatkala sampai kepada ajal. Untuk itu setiap muslim sejati rela berkorban dalam mencapai redha Allah ini (2: 207, 33: 23)

8. Tiada Yang memberi manfaat atau mudhorot selain Allah

Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Dialah yang berhak menentukan apa saja bagi hamba-hamba-Nya. Tiada yang memberi manfaat (kegunaan) atau memberi mudhorot (kecelakaan) selain hanya Allah. Seorang muslim meyakini bahwa manusia atau makhluk lainnya tidak akan mampu memberikan sesuatu pengaruh melainkan apabila diidzinkan Allah (6: 17, 10: 107). Sebagaimana Rasulullah bersabda kepada Ibnu Abbas, ".... Dan kalau sekiranya ummat manusia hendak berbuat sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka semua manfaat itu tidak akan ada kecuali Allah menentukannya. Dan apabila mereka akan berbuat jelek bagimu, maka kejahatan itu tidak akan menimpamu kecuali yang telah ditetapkan Allah pula. Qalam telah diangkat, dan lembaran-lembaran taqdir ditulis atas kehendak-Nya". (2: 255)
Karenanya, seorang muslim tidak merasa takut untuk melakukan kebaikan, dengan mengikuti minhaj Islam dalam menegakkan agama-Nya. Dia tidak takut celaan, ancaman, intimidasi, teror , dan sebagainya sepanjang sesuai dengan minhajul hayat yang ditempuhnya.

9. Tiada Yang menghidupkan atau mematikan selain Allah

Allah Yang Maha hidup, kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya adalah sumber kehidupan (2: 255, 3: 27). Tiada yang menghidupkan selain Allah sebagaimana tiada yang mematikan kecuali hanya Allah (39: 42, 2: 260). Dialah Yang menciptakan Mati dan Hidup sebagai ujian bagi manusia (67: 2). Dengan demikian, bagaimana pun posisi manusia diujung kematian tidak akan sampai pada kematiannya apabila belum merupakan ajal Allah. Dan bagaimana pun manusia berlari, apabila kematian sudah datang dia tidak akan dapat bersembunyi. (4: 78, 62: 6-8)
Dengan meyakini hal ini muslim tidak akan takut dengan kematian, karena kematian bukan ditentukan oleh manusia atau musuh-musuh Islam tetapi oleh Allah semata. Muslim juga memahami bahwa kehidupan dunia ini merupakan milik Allah, bersifat sementara dan hanya ujian belaka. Sementara kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, kekal abadi, dan merupakan hasil dari ujian tersebut. Dia tidak akan tertipu dengan sandiwara hidup dunia dan akan mengharapkan pahala akhirat.

10. Tiada Yang mengabulkan permohonan selain Allah:

Allah bukan hanya mengurus makhluk-Nya tetapi juga mengabulkan apa saja yang diminta oleh makhluk-Nya (2: 186, 40: 60). Karena itu setiap muslim meyakini bahwa hanya dengan memohon kepada Allah saja dia akan memperoleh apa yang diinginkannya. Memohon sesuatu kepada Allah merupakan suatu ibadat khusus yang disenangi Allah. Karena itu, Allah melarang dan mengharamkan orang meminta kepada orang lain atau menggunakan perantara dalam do'anya. Orang hanya boleh minta dido'akan kepada orang lain, sebagaimana terdapat dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabat beliau. Namun memohon kepada Allah dengan perantara adalah syirik ( 39: 2)

11. Tiada Yang melindungi selain Allah

Allah menguasai seluruh ciptaan-Nya sekaligus melindungi alam semesta dari kebinasaan kecuali apabila dikehendaki-Nya. Tak ada yang melindungi selain hanya Allah. Dia juga melindungi manusia yang memohon perlindungan kepada-Nya. Tauhid mengharuskan setiap muslim hanya bertawudz (memohon perlindungan ) kepada Allah terhadap hal-hal yang tak dapat dijangkau dengan indera atau pun dari hal-hal yang dapat dijangkau inderanya. Karena itu, perlindungan kepada jin atau sesuatu selain Allah adalah syirik (72: 6).
Muslim memohon perlindungan kepada Allah dari disimpangkan dalam melaksanakan bimbingan hidup (Al Qur-an) yang dijalaninya (16: 98). Ini menunjukkan bahwa godaan syaitan untuk menyimpangkan manusia dari jalan yang lurus itu sungguh banyak dan setiap saat mengepung kita. Karena itu berlindung kepada Allah wajib dilakukan setiap saat , tanpa memandang waktu dan tempat - terutama saat akan melakukan suatu ibadah agar ibadah tersebut ikhlas lillahi ta'ala. Rasulullah berta'awudz (mohon perlindungan) tatkala hendak melaksanakan sholat (23: 97-98), saat berda'wah (41: 36), membaca Al Qur-an (16: 98) serta disetiap saat dengan membaca muawidzatain. (surat 113, 114)

12. Tiada Tempat Bertawakkal selain Allah

Karena Allah senantiasa melindungi hamba-hamba-Nya, seorang muslim menggantungkan dirinya pada kehendak dan kemauan Allah. Menggantungkan diri ini disebut tawakkal, yaitu melakukan sesuatu secara benar kemudian menyerahkan hasilnya kepada ALlah. Tentu saja hal itu dilakukan setelah usaha dan kerja keras sesuai dengan hidayah Allah dan bimbingan Rasulullah. Allah menentukan yang terbaik bagi setiap muslim setelah dia berusaha. Karenanya siapa saja yang bertawakkal kepada ALlah, Allah akan mencukupi keperluannya (65:3). Muslim tidak menggantungkan hasil pekerjaannya kepada usahanya. Dia meyakini bahwa semua kebaikan dirinya bersumber dari ALlah (27: 40)
Dalam setiap tindakan muslim menyerahkan hasilnya kepada Allah Sebelum menetapkan sesuatu dia bermusyawarat, karena musyawarat adalah sunnah Rasulullah, Setelah bermusyawarat dia bertawakkal kepada Allah (3: 159). Demikian pula dalam menghadapi berbagai persoalan, baik dalam keadaan lapang atau pun sempit (12: 67, 11: 88). Dengan tawakkal ini seorang muslim tidak pernah khawatir dengan jaminan Allah karena meyakini bahwa semua ketentuan Allah adalah baik baginya (9 : 52)

13. Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah

Dengan menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah muslim meyakini bahwa tiada daya dan kekuatan selain dari Allah. Inilah kunci kekuatan seorang muslim. Dia bekerja keras kemudian bersandar kepada Allah dalam menanti hasilnya. Demikian pula dia meyakini bahwa apa pun tidak akan berlangsung tanpa idzin dan kehendak Allah (2: 255). Karena itu, seorang muslim akan meyakini bahwa kekusaan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada suatu pun yang bergerak tanpa kehendak dan kemauan Allah.

14. Tiada Yang diagungkan selain Allah

Dengan segala kemuliaan dan kebesarannya, maka hanya Allah sajalah yang berhak diagungkan dan dimuliakan. Pengagungan kepada selain ALlah adalah syirik, karena setiap muslim sudah menyatakan Allah sebagai satu-satunya yang berhak diagungkan. Nabi Muhammad menolak ketika beliau diperlakukan secara berlebihan oleh para sahabatnya. Beliau berkata, "Janganlah kalian memperlakukan aku sebagaimana kaum Nasrani mengagungkan Iesa putra Maryam". (Al Hadits). Rasulullah adalah manusia biasa seperti kita; kelebihan beliau adalah membawa wahyu yang menyeru manusia pada Tauhidullah. (18: 110)

15. Tiada Yang dimohonkan pertolongannya selain Allah

Allah yang Maha berkuasa, sumber segala daya upaya dan kekuatan tentulah yang menentukan hidup manusia. Maka seseorang yang dimusuhi Allah tidak ada yang dapat memberi pertolongan kepadanya. Tak ada yang mampu menyelamatkan orang yang dicelakakan Allah. Maka hanya Dialah yang berhak dimintai pertolongannya (al istianah). Memohon pertolongan kepada sesuatu selain Allah melanggar pernyataan tauhid yang senantiasa kita baca dalam Surat Al fatihah sholat kita (1: 5).
Tolong menolong antara sesama manusia atau meminta tolong orang lain bukanlah termasuk ke dalam syirik (5: 2). Karena sifatnya bukan memohon kepada sesuatu yang ghaib atau kepada sesuatu yang dianggap lebih agung dan mulia dari yang minta pertolongan. Kendati demikian para sahabat Nabi menghindari meminta tolong kepada sesama manusia tanpa menolak bantuan orang lain apabila memang mereka menghajatkan. Yang melanggar tauhidullah adalah memohon kepada sesuatu yang ghaib selain Allah. Meminta bantuan jin untuk suatu urusan termasuk ke dalam syirik (72:6)

Wahai Jama’ah Masjid Al Ikhlas yang beriman, bawalah pulang Buletin Jum’at ini agar bisa dibaca juga oleh keluarga kita yang lain. Insya Allah bermanfaat. Aamiin….

Friday, March 25, 2005

Bulletin No: 009

Bulletin Jum’at
AL IKHLAS

Nomor: 009/III/2005 15 Safar 1426 H

Ikhlas
K.H. Abdullah Gymnastiar

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!

Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.

Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah berupa rindu pujian dan penghargaan. Allaahu Akbar.***
Wallahu a’lam bis shawab.

Wednesday, March 16, 2005

Struktur Organisasi Masjid

STRUKTUR ORGANISASI MASJID AL IKHLAS RW 07

Pembina: Ketua RW 07 Ciledug Indah
Dewan Syariah:
Ustadz Drs. Ahmad Usman
Ustadz Habib Ahmad Alwi Shihab
Ustadz Drs. Hidayatullah MS
Imam Rawatib:
Ustadz Abdurrachman

Dewan Pengurus
Ketua: Syamsi Yuwono
Sekretaris:Januar Budiman
Bendahara I: Rosihan Effendy
Bendahara II: Usman

Dakwah dan Pendidikan:
Sidik Kelana
Arwan
Bidang Pembinaan Remaja:
Ricky Pahlevi
Mariaman
Agus Sudaryanto
PHBI:
Sutrisno
Edyalis M Noor
Adni Sardjito
Humas:
Amsar Mahfudy
Chaerullah
Pengembangan Sarana Fisik:
Nazirwan
Pudjianto
Audio / Video:
Sarlan
Agus
Keamanan:
Chaeruddin
Freddy
Urusan Rumah Tangga:
Yudhi Saleh
Marbot:
Syaefudin
Bilal/Muazin:
Abdul Razak
Staff Jumat:
Hardison
Didit

Friday, March 11, 2005

Bulletin No: 008


Buletin Jum’at
AL IKHLAS

Nomor: 008/III/2005 1 Safar 1426 H

Amal yang Tetap Bermakna

Berhati-hatilah bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tersebut merupakan tanda-tanda keikhlasannya belum sempurna. Karena aktivitas ibadah yang dilakukan secara temporal tiada lain, ukurannya adalah urusan duniawi. Ia hanya akan dilakukan kalau sedang butuh, sedang dilanda musibah, atau sedang disempitkan oleh ujian dan kesusahan, meningkatlah amal ibadahnya. Tidak demikian halnya ketika pertolongan ALLOH datang, kemudahan menghampiri, kesenangan berdatangan, justru kemampuannya bersenang-senangnya bersama ALLOH malah menghilang.
Bagi yang amalnya temporal, ketika menjelang pernikahan tiba-tiba saja ibadahnya jadi meningkat, shalat wajib tepat waktu, tahajud nampak khusu, tapi anehnya ketika sudah menikah, jangankan tahajud, shalat subuh pun terlambat. Ini perbuatan yang memalukan. Sudah diberi kesenangan, justru malah melalaikan perintah-Nya. Harusnya sesudah menikah berusaha lebih gigih lagi dalam ber-taqarrub kepada ALLOH sebagai bentuk ungkapan rasa syukur.
Ketika berwudhu, misalnya, ternyata disamping ada seorang ulama yang cukup terkenal dan disegani, wudhu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba dibagus-baguskan. Lain lagi ketika tidak ada siapa pun yang melihat, wudhu kitapun kembali dilakukan dengan seadanya dan lebih dipercepat.
Atau ketika menjadi imam shalat, bacaan Quran kita kadangkala digetar-getarkan atau disedih-sedihkan agar orang lain ikut sedih. Tapi sebaliknya ketika shalat sendiri, shalat kita menjadi kilat, padat, dan cepat. Kalau shalat sendirian dia begitu gesit, tapi kalau ada orang lain jadi kelihatan lebih bagus. Hati-hatilah bisa jadi ada sesuatu dibalik ketidakikhlasan ibadah-ibadah kita ini. Karenanya kalau melihat amal-amal yang kita lakukan jadi melemah kualitas dan kuantitasnya ketika diberi kesenangan, maka itulah tanda bahwa kita kurang ikhlas dalam beramal.
Hal ini berbeda dengan hamba-hamba-Nya yang telah menggapai maqam ikhlas, maqam dimana seorang hamba mampu beribadah secara istiqamah dan terus-menerus berkesinambungan. Ketika diberi kesusahan, dia akan segera saja bersimpuh sujud merindukan pertolongan ALLOH. Sedangkan ketika diberi kelapangan dan kesenangan yang lebih lagi, justru dia semakin bersimpuh dan bersyukur lagi atas nikmat-Nya ini.
Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas beramalnya dalam kondisi ada atau tidak ada orang yang memperhatikannya adalah sama saja. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru akan dilakukan lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya, apalagi bila orang tersebut dihormati dan disegani.
Sungguh suatu keberuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang ikhlas ini. Betapa tidak? Orang-orang yang ikhlas akan senantiasa dianugerahi pahala, bahkan bagi orang-orang ikhlas, amal-amal mubah pun pahalanya akan berubah jadi pahala amalan sunah atau wajib. Hal ini akibat niatnya yang bagus.
Maka, bagi orang-orang yang ikhlas, dia tidak akan melakukan sesuatu kecuali ia kemas niatnya lurus kepada ALLOH saja. Kalau hendak duduk di kursi diucapkannya, "Bismilahirrahmanirrahiim, ya ALLOH semoga aktivitas duduk ini menjadi amal kebaikan". Lisannya yang bening senantiasa memuji ALLOH atas nikmatnya berupa karunia bisa duduk sehingga ia dapat beristirahat menghilangkan kepenatan. Jadilah aktivitas duduk ini sarana taqarrub kepada ALLOH.
Karena banyak pula orang yang melakukan aktivitas duduk, namun tidak mendapatkan pertambahan nilai apapun, selain menaruh [maaf!] bokong di kursi. Tidak usah heran bila suatu saat ALLOH memberi peringatan dengan sakit ambaien atau bisul, sekedar kenang-kenangan bahwa aktivitas duduk adalah anugerah nikmat yang ALLOH karuniakan kepada kita.
Begitupun ketika makan, sempurnakan niat dalam hati, sebab sudah seharusnya di lubuk hati yang paling dalam kita meyakini bahwa ALLOH-lah yang memberi makan tiap hari, tiada satu hari pun yang luput dari limpahan curahan nikmatnya.
Kalau membeli sesuatu, perhitungkan juga bahwa apa yang dibeli diniatkan karena ALLOH. Ketika membeli kendaraan, niatkan karena ALLOH. Karena menurut Rasulullah SAW, kendaraan itu ada tiga jenis, 1) Kendaraan untuk ALLOH, 2) Kendaraan untuk setan, 3) Kendaraan untuk dirinya sendiri. Apa cirinya? Kalau niatnya benar, dipakai untuk maslahat ibadah, maslahat agama, maka inilah kendaraan untuk ALLOH. Tapi kalau sekedar untuk pamer, ria, ujub, maka inilah kendaraan untuk setan. Sedangkan kendaraan untuk dirinya sendiri, misakan kuda dipelihara, dikembangbiakan, dipakai tanpa niat, maka inilah kendaran untuk diri sendiri.
Pastikan bahwa jikalau kita membeli kendaraan, niat kita tiada lain hanyalah karena ALLOH. Karenanya bermohon saja kepada ALLOH, "Ya ALLOH saya butuh kendaraan yang layak, yang bisa meringankan untuk menuntut ilmu, yang bisa meringankan untuk berbuat amal, yang bisa meringankan dalam menjaga amanah". Subhanallah bagi orang yang telah meniatkan seperti ini, maka, bensinnya, tempat duduknya, shockbreaker-nya, dan semuanya dari kendaraan itu ada dalam timbangan kebaikan, insya ALLOH. Sebaliknya jika digunakan untuk maksiyat, maka kita juga yang akan menanggungnya.
Kedahsyatan lain dari seorang hamba yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal, walaupun sebenarnya belum menyempurnakan amalnya, bahkan belum mengamalkanya. Inilah istimewanya amalan orang yang ikhlas. Suatu saat hati sudah meniatkan mau bangun malam untuk tahajud, "Ya ALLOH saya ingin tahajud, bangunkan jam 03. 30 ya ALLOH". Weker pun diputar, istri diberi tahu, "Mah, kalau mamah bangun duluan, bangunkan Papah. Jam setengah empat kita akan tahajud. Ya ALLOH saya ingin bisa bersujud kepadamu di waktu ijabahnya doa". Berdoa dan tidurlah ia dengan tekad bulat akan bangun tahajud.
Sayangnya, ketika terbangun ternyata sudah azan subuh. Bagi hamba yang ikhlas, justru dia akan gembira bercampur sedih. Sedih karena tidak kebagian shalat tahajud dan gembira karena ia masih kebagian pahalanya. Bagi orang yang sudah berniat untuk tahajud dan tidak dibangunkan oleh ALOH, maka kalau ia sudah bertekad, ALLOH pasti akan memberikan pahalanya. Mungkin ALLOH tahu, hari-hari yang kita lalui akan menguras banyak tenaga. ALLOH Mahatahu apa yang akan terjadi, ALLOH juga Mahatahu bahwa kita mungkin telah defisit energi karena kesibukan kita terlalu banyak. Hanya ALLOH-lah yang menidurkan kita dengan pulas.
Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:
Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.
Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
Selalu tenang dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rosulullah.
Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.
Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.
Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.
Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah SWT.
Wallahu a’lam bis shawab.
Artikel dari Manajemen Qolbu
oleh K.H. Abdullah Gymnastiar